Politikus PKS Mempersoalkan Soliditas Pendukung Jokowi

jpnn.com, JAKARTA - Pembahasan koalisi untuk mengusung calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) di sejumlah partai politik masih alot. Salah satunya Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Anggota Majelis Syura PKS Refrizal mengatakan, partainya sudah menjalin komunikasi dengan parpol yang lain seperti Partai Amanat Nasional dan Partai Demokrat.
“Kalau yang lain belum pasti juga. Karena kalau belum daftar berarti belum pasti, baru pernyataan-pernyataan saja," kata Refrizal di gedung DPR, Jakarta, Selasa (17/7).
Menurut Refrizal, koalisi partai nanti akan ketahuan setelah melakukan pendaftaran resmi ke Komisi Pemilihan Umum (KPU). "Yang mendukung Jokowi apa betul-betul solid mendukung Jokowi, kami tidak tahu juga," katanya.
Menurut dia, koalisi juga masih menanti putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait gugatan uji materi pasal yang mengatur ambang batas pencalonan presiden alias presidential threshold (PT) 20 persen.
Di tengah kondisi sekarang dengan PT 20 persen, PKS minimal ingin kadernya menjadi cawapres. "Kalau PT dihilangkan, lebih baik PKS mencalonkan sendiri," katanya.
Setelah itu di putaran kedua baru bergabung dengan partai lain untuk saling mendukung.
Menurut Refrizal, persaingan di pilpres itu bukan dengan negara lain. Tapi, sesama anak bangsa Indonesia.
Menurut Politikus PKS Refrizal, persaingan itu bukan karena PKS membenci Presiden Jokowi namun PKS pengin presiden yang lebih baik lagi dari Jokowi.
- Hasil Survei Cigmark Tentang Ketua Wantimpres, Setia Darma: Jokowi Cocok dan Layak
- Apakah Jokowi Akan Bergabung dengan PSI? Begini Analisis Pakar
- Sinyal Jokowi Gabung PSI Makin Kuat, Golkar: Pasti Ada Hitungan Politik
- Pengamat Politik Sebut Wajar Jokowi Diunggulkan Jadi Ketua Wantimpres RI
- Hasil Survei Rumah Politik Indonesia: Mayoritas Publik Menilai Jokowi Layak Jadi Ketua Wantimpres RI
- Menakar Potensi Kolaborasi Politik Jokowi dan PSI Menuju 2029