Polri Gunakan Cara Baru Memburu Buronan
Penggunaan kamera high density memang sengaja dipilih, bukan seperti closed circuit television (CCTV). Perbedaannya, jika menggunakan CCTV, bila di-zoom wajah itu akan kabur atau tidak jelas.
”Tapi, kalau kamera high density walau di-zoom beberapa kali masih sangat jelas. Perbedaan kualitas itu yang membuatnya dipilih dalam teknologi ini,” ungkap jenderal berbintang satu tersebut kemarin.
Untuk pencocokan wajah, lanjut Hudi, teknologi yang digunakan adalah bio metric system atau sistem yang mengukur karakteristik individu.
Terutama, untuk karakteristik bentuk wajah. ”Jadi, sistem ini memiliki ukuran yang jelas,” paparnya.
Sistem tersebut tidak hanya bekerja dengan basis data foto. Menurutnya, ada juga DPO yang fotonya tidak dimiliki. Maka, untuk menggantikannya akan ada teknologi sketsa wajah.
Teknologi sketsa wajah ini juga bisa diterapkan untuk pelaku kejahatan yang terekam melakukan pelanggaran.
”Kan bisa jadi wajah yang terekam kamera itu tidak sempurna, sketsa ini menjadi back up,” paparnya. (idr/agm)
Dengan sistem ini, ruang gerak buronan atau orang yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) bakal semakin sempit.
Redaktur & Reporter : Soetomo
- Darurat Penyelamatan Polri: Respons Terhadap Urgensi Pengembalian Reputasi Negara Akibat Kasus Pemerasan DWP 2024
- Dirjen Laut Ingatkan Pentingnya Koordinasi yang Solid untuk Kelancaran Nataru
- Pemerasan Penonton DWP, Polri Harus Periksa Pimpinan 18 Oknum Polisi
- Brigjen Mukti Juharsa: Fredy Pratama Pasti akan Kita Tangkap
- 18 Polisi Terduga Pemeras Penonton DWP Mencoreng Institusi, Kompolnas Minta Polri Tegas
- 5 Berita Terpopuler: Ada Tuntutan Pemecatan, Honorer Non-Database BKN Minta Kesempatan Kedua