Poltak
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Penduduk asli disebut sebagai inlander dan menempati strata sosial paling rendah.
Politik belah bambu menjadi andalan pemerintah kolonial untuk menguasai wilayah jajahan. Devide et impera diterapkan dengan memecah-belah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil supaya mudah ditaklukkan.
Divide and conquer, pecah belah dan kuasai, menjadi strategi umum kolonialis dan imperialis Eropa.
Proklamasi kemerdekaan membongkar praktik kolonialisme itu.
Bangsa Indonesia mempunyai kesadaran nasional sejak Sumpah Pemuda 1928 dengan lahirnya semboyan ‘’satu nusa, satu bangsa, satu bahasa’’.
Etnisitas yang bermacam-macam melebur menjadi satu menjadi entitas nasional Indonesia. Kebhinekaan yang sangat beragam melebur menjadi satu dalam negara kesatuan.
Strata sosial dan ekonomi yang diwariskan oleh penjajah dibongkar dan dihilangkan. Dibentuklah tatanan baru yang lebih egaliter dan demokratis.
Bahasa Indonesia dipilih sebagai bahasa nasional karena lebih egaliter dan demokratis dibanding bahasa Jawa. Setiap orang dianggap sejajar dan sederajat dan dipanggil dengan sebutan ‘’bung’’.
Ruhut Sitompul, sering disebut sebagai si Poltak, sudah sangat dikenal sebagai bagian dari kubu yang berseberangan dengan Anies.
- Kasus Kecelakaan di Tol Pandaan-Malang, Polisi Tetapkan Sopir Truk jadi Tersangka
- Kapolsek Dicopot setelah Viral 3 Oknum Polisi Aniaya Warga
- Jumlah Kendaraan di Kota Bandung saat Libur Natal Menurun
- Darurat Penyelamatan Polri: Respons Terhadap Urgensi Pengembalian Reputasi Negara Akibat Kasus Pemerasan DWP 2024
- 5 Berita Terpopuler: Pendaftaran PPPK Bagi Honorer TMS Sudah Buka, tetapi Ribuan Orang Gagal Daftar
- Menyamar Jadi Pembeli, Polisi Tangkap Wiraswasta & Mahasiwa Pembawa 2,6 Kg Sabu-Sabu di Siak