Polusi Makin Parah, Pemprov Jakarta Meluncurkan Pemantau Kualitas Udara
ISPU diperoleh dengan mengonversi nilai konsentrasi parameter pencemar udara yang ada di lokasi tertentu menjadi satu nilai indeks.
Ketujuh parameter tersebut ialah PM10, PM2.5, nitro oksida (NO2), sulfur oksida (SO2), karbon monoksida (CO), ozon (O3), dan hidrokarbon (HC).
DLH bekerja sama dengan World Resources Institute (WRI) Indonesia dan Vital Strategies dalam pengumpulan data melalui SPKU.
Menurut Asep, terdapat 31 SPKU yang terintegrasi, terdiri atas sembilan unit milik DLH pemprov, 14 unit hasil kolaborasi dengan Vital Strategies, dan 3 unit dengan WRI Indonesia.
Menurut Asep, laman ini bisa menyediakan data historis kualitas udara secara terkini, sehingga masyarakat bisa memantau tren dan perubahan.
“Platform ini juga terhubung dengan data prediksi kualitas udara tiga hari ke depan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Selain itu, ada juga terdapat fitur edukasi dan informasi terbaru terkait kualitas udara serta dampaknya terhadap kesehatan,” kata Asep.
Ke depannya, fitur dan keakuratan data Udara Jakarta akan diperbaharui, seperti pemberian notifikasi kualitas cuaca kepada pengguna, serta penambahan alat pemantau melalui penganggaran APBD maupun kolaborasi dengan pihak lainnya.
Asep mengungkapkan sampai saat ini sumber pencemaran udara terbesar di Jakarta itu dari sektor transportasi.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta meluncurkan laman untuk bisa memantau perkembangan kualitas udara di provinsi dengan ikon Monas itu. Apa namanya?
- Hingga Oktober 2024, BSN Tetapkan 15.432 SNI
- Musim Hujan, Tetapi Kualitas Udara Jakarta Masih 20 Besar Terburuk di Dunia
- 12 Jurus Ridwan Kamil Atasi Polusi di Jakarta
- KPK Peringatkan Pemprov: Setop Money Politic Berkedok Bansos!
- Komitmen Mengurangi Sampah, PT Godrej Consumer Products Raih Penghargaan KLHK
- Menteri LH Hanif Faisol Terjun Langsung Bersihkan Sampah di Kali Cipinang