'Pondok Indah' Golput, 'Pondok Derita' Jual Suara
Minggu, 08 Juli 2012 – 20:55 WIB
"Kelas menengah itu bisa diatas 90 persen akan datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) dan mereka datang dengan pencermatan program. Tidak hanya itu kelas ini juga melakukan pelacakan terhadap kandidat misalkan, sepak terjangnya, korupsinya atau rekam jejaknya," papar Thamrin.
Baca Juga:
Kategori ketiga yakni pemilih dari kalangan masyarakat miskin yang disebut kelas "Pondok Derita". Pemilih kategori ini rentan menjadi target politik uang. Menurut Thamrin, pemilih model ini rela memberikan hak suaranya kepada pihak yang menjanjikan imbalan uang.
"Nah kalau kelas Pondok derita, ini dia lihat pragmatis saja. Kalau orang kasih duit dia ikut. Tidak ada itu perhitungan program, tidak ngerti dia," ujar Thamrin.
Lebih lanjut, Thamrin memaparkan bahwa sistem pemilu di Indonesia cenderung membuat pemilih menjadi apatis karena tidak adanya kewajiban untuk memilih. Berbeda dengan di Australia, dimana pemilih yang tidak memberikan hak suaranya bisa dikenakan sanksi pidana.
JAKARTA-Sosiolog dari Universitas Indonesia (UI), Thamrin Amal Tomagola menyebut tiga kategori pemilih dalam pilkada DKI Jakarta 2012. Thamrin mengkategorikan
BERITA TERKAIT
- Survei Trust Indonesia: Bassam-Helmi Jadi Pemenang Pilbup Halmahera Selatan
- Gelar Doa Bersama, Timses RIDO: Isi Masa Tenang dengan Hal Positif
- Pemuda Kristen Jakarta Kecam Pernyataan Bermotif SARA Menteri Maruarar Sirait
- 3 Pejabat Pemkab Banggai jadi Tersangka Tindak Pidana Pemilu 2024
- Pakar Politik Menyamakan Jokowi dengan Pembunuh Berdarah Dingin, Ini Sebabnya
- Beredar Surat Instruksi Prabowo untuk Pilih Ridwan Kamil, Ini Penjelasannya