Pondok Pesantren Khusus Anak TKI di Pulau Sebatik

Paling Sulit Ajari Lagu Indonesia Raya

Pondok Pesantren Khusus Anak TKI di Pulau Sebatik
Pondok Pesantren Khusus Anak TKI di Pulau Sebatik
Suniman menambahkan, sebenarnya masih banyak anak TKI yang telantar pendidikannya di Sabah. Diperkirakan jumlahnya mencapai 40 ribu anak berusia wajib sekolah yang ikut orang tuanya tinggal di negara bagian Malaysia itu. "Berdasar data di konsulat kita di Sabah, sebagian besar anak-anak TKI itu tidak mendapatkan pendidikan yang layak di Sabah."

Suniman menerangkan, Konsulat Jenderal RI di Sabah sangat sulit menemukan dan memproses kepulangan anak-anak TKI di sana. Sebab, anak-anak itu lebih banyak bersembunyi di kantong-kantong TKI yang berada di hutan-hutan, mengikuti pekerjaan orang tuanya di perkebunan.  "Mereka juga tidak berani menampakkan diri karena takut ditangkap polisi dan diusir karena ilegal," jelasnya.

Namun, bukan berarti tidak ada usaha pemerintah Indonesia untuk menjaring anak-anak TKI di Sabah agar mau masuk pesantren. Sebab, Selasa (19/10) mendatang, konsulat akan mengirim sekitar 40 anak TKI ke Ponpes Mutiara Bangsa untuk menjadi santri baru.

Suniman mengaku susah-susah gampang mengurus anak-anak TKI. Salah satu yang sulit adalah mengajarkan hal-hal yang berbau Indonesia kepada mereka. Misalnya, para ustad di ponpes memerlukan waktu berhari-hari untuk mengajarkan lagu Indonesia Raya. "Mereka sangat kesulitan melafalkan lagu itu. Yang mereka hafal justru lagu kebangsaan Malaysia," ucapnya lantas tertawa.

Di Pulau Sebatik terdapat pondok pesantren yang menampung anak-anak TKI (tenaga kerja Indonesia) yang telantar. Berikut laporan wartawan Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News