Ponpes Kampung Minoritas: Sempat Dilarang Bangun Musala
Mereka mendapatkan bantuan dari donatur untuk mendirikan panti asuhan itu. Mulai dari lahan seluas 800 meter persegi, hingga bantuan untuk pendirian bangunannya.
Penghuni panti juga terus bertambah dari waktu ke waktu. Meski setiap waktu ada yang harus keluar (karena bekerja atau telah mandiri), tapi selalu saja ada yang datang. ”Sekarang ada 47 anak yang kami asuh,” ujar dia.
Kholiq mengatakan, selama ini tak pernah ada hambatan berarti yang dia hadapi untuk membesarkan panti asuhan. Hubungan dengan warga sekitar yang mayoritas umat Nasrani juga terjalin baik. ”Soal komunikasi tidak ada masalah,” ujar dia.
PA/LKSA Ar-Rahman juga tidak merasakan dampak aksi terorisme yang terjadi di sejumlah gereja di Surabaya beberapa waktu lalu. ”Kami tidak terpengaruh. Pun demikian dengan warga sekitar. Karena selama ini hubungan kami memang baik-baik saja,” kata dia.
Tak hanya rutin membagikan sedekah untuk warga sekitar, anak-anak panti juga acap kali terlibat dalam kegiatan di Desa Peniwen. Penghuni panti asuhan dengan warga yang mayoritas Nasrani itu selalu membaur. Nyaris tidak ada sekat dalam kegiatan-kegiatan sosial.
”Tentu kegiatannya yang umum ya. Kalau sifatnya berkaitan dengan akidah, tentu kami tidak bisa ikut,” ujar dia. (***)
Mendirikan Panti Asuhan/Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Ar-Rahman tak segampang yang dibayangkan. Apalagi berada di kampung minoritas muslim.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi