PONTIANAK : Akibat Remehkan Mapel BI
Rabu, 28 April 2010 – 14:42 WIB
Ia berharap ada inovasi cara mengajar guru bahasa Indonesia. Selama ini, guru sudah mulai menambah wawasan bagaimana memberikan metode mangajar yang mudah dan menarik. “Guru bahasa Indonesia sudah banyak yang mengikuti seminar-seminar tentang pembelajaran, sehingga bisa memberikan inovesi baru kepada murid,” urainya.
Tingkat kegagalan yang terjadi di Pontianak, lebih banyak dibanding daerah perkotaan, ialah faktor lingkungan. “Di kota lebih siswa sudah terpengaruh dengan lingkungan sekitar, sehingga menganggap unas ialah hal yang biasa, selain itu anak kabupaten punya keinginan besar untuk bisa lulus sekolah karena mereka ingin melanjutkan kuliah di kota, motivasi belajar anak di kabupaten akan lebih intens dibandingkan dengan kota. Sehingga keinginan untuk bisa lulus lebih besar,” akunya.
Saat ditanya, apakah tingkat kejujuran di kabupaten perlu dipertanyakan, ia membantah. “Pengawasan di kabupaten sama dengan di kota, tidak ada perbedaan. Jangan menganggap kabupaten tidak jujur. Jika pengawasan di kota ada dua orang, di kabupaten juga. Di kabupaten juga ada polisi yang ikut mengawasi,” jelasnya. (tin/aj/jpnn)
PONTIANAK – Tiga tahun terakhir, nilai ujian nasional pelajaran Bahasa Indonesia menurun. Puncaknya unas SMA 2010, kegagalan siswa hampir rata
Redaktur & Reporter : Auri Jaya
BERITA TERKAIT
- Gibran Minta Sistem Zonasi PPDB Dihilangkan, Mendikdasmen: Masih Pengkajian
- Ganesha Operation Award 2024 Jadi Ajang Penghargaan Bagi Pengajar dan Alumni
- INSEAD Business School, Jadikan Kerja Sama FWD Group & BRI Life Sebagai Studi Kasus
- Direksi ASABRI Mengajar Para Mahasiswa Magister Universitas Pertahanan
- Pilih Hotel sebagai Fasilitas Kampus, CEO UIPM Beri Penjelasan Begini
- Eramet & KBF Berikan Beasiswa untuk Mahasiswa Indonesia Timur, Ini Harapan Gubernur Sulut