Poo Cendana

Oleh: Dahlan Iskan

Poo Cendana
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Aula wihara itu juga tidak dihias. Kursi-kursinya pun bukan kursi VIP.

Sejak jenazah Pak Poo tiba, selalu ada yang membaca "tahlil" –doa-doa- menurut agama Buddha.

Sekitar 30 orang yang bersamaan membaca doa. Laki dan perempuan. Campur Tionghoa dan Jawa. Dari berbagai wihara dan berbagai aliran Buddha.

Begitulah tiap hari. Sepanjang siang dan setengah malam. Sampai tiba hari kremasi nanti.

Pihak keluarga mengira saya akan bermalam di Mendut. Saya disiapkan kamar di kompleks wihara satunya -yang lebih dekat dengan Borobudur. Vihara Padmasambhava.

Wihara ini dipercaya "keagungannya" karena terletak persis di tengah segitiga emas: Candi Borobudur, Candi Mendut, dan Candi Pawon.

Saya memang pernah bermalam di wihara tersebut. Hartati Murdaya juga punya kamar tidurnya sendiri di situ.

Saat saya ngobrol dengan Karuna, seseorang melapor: Pak Ahok datang. Terlihat Ahok masuk aula. Disertai Puput, istrinya. Terlihat juga Tenggono dari Wuling.

Yang menghendaki jenazah pengusaha besar Murdaya Poo dikremasi di dekat Candi Borobudur, Magelang, adalah istrinya: Siti Hartati Murdaya, ketua umum Walubi.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News