Populasi Platipus di Australia Terancam Punah
Hewan ini dikenal sebagai mahluk yang lucu, berbulu dan salah satu binatang paling tidak biasa di dunia, namun tidak banyak yang diketahui tentang platipus dan para periset memperingatkan keberadaannya tengah terancam.
Meski menjadi hewan ikonik bagi Australia dan menjadi hewan maskot untuk negara bagian New South Wales, platipus adalah hewan yang sulit untuk dipelajari karena merupakan mamalia nokturnal yang suka bergerak di sekitar sistem sungai dan kolam berair dalam.
Sebagian besar populasi platypus bisa ditemukan di sepanjang Great Dividing Range dan di seluruh Australia bagian timur, namun para peneliti telah melaporkan penurunan populasi yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Profesor Richard Kingsford, Direktur Pusat Ilmu Ekosistem di Universitas NSW dan pemimpin salah satu proyek konservasi platipus yang didanai pemerintah, mengatakan bahwa sebagian besar informasi tentang platipus bersifat anekdotal.
"Salah satu tantangan besar yang kami sadari adalah meskipun Anda melihat platipus di banyak tempat di sekitar Australia, Anda tidak pernah melihat mereka dalam jumlah banyak, dan kami mulai mendapatkan beberapa gejala mengkhawatirkan di sungai karena mereka sudah tidak ada lagi disana.”
"Mereka terancam oleh pembukaan lahan dan bendungan ... mereka sangat sulit untuk dibiakkan dan itu adalah bagian dari tantangan."
Minggu ini Profesor Kingsford telah mengangkat topik "Gagasan terbaik mengenai platipus " dalam sebuah konferensi di Kebun Binatang Taronga, Sydney, NSW untuk mempresentasikan penelitian baru, menilai risiko terhadap hewan tersebut dan menyetujui sebuah rencana konservasi.
Mengapa populasi mereka menurun?
Pada tahun 2014 Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) mengangkat status platipus dari yang paling tidak mengkhawatirkan menjadi hampir terancam.
Sementara peneliti berharap jumlah platipus tetap stabil, Jeff Williams, ahli biologi pada lembaga Australian Platypus Conservancy, mengatakan sulit untuk menarik pendanaan sampai hewan tersebut dinyatakan terancam punah.
Menurutnya penelitian pelacakan telah menunjukkan bahwa hewan tersebut memiliki "masalah signifikan".
Periset dari lembaga Australian Platypus Conservancy baru-baru ini melaporkan populasi platipus di wilayah Wimmera di barat Victoria, yang pernah disensus pada pertengahan tahun 1990an dengan jumlah sekitar 200 ekor, kini telah punah.
"Masalah dengan banyak populasi hewan ini adalah kematian yang disebabkan oleh hal kecil dan berlangsung terus menerus,” kata Williams.
"Ada sejumlah besar platipus yang mati terjerat sampah, terutama pancing yang dibuang, dan meninggal karena kematian yang tidak menyenangkan ... dan hewan-hewan yang sekarat dalam perangkap nelayan yang ditempatkan secara ilegal, terutama perangkap yabby.
"Baru minggu lalu di Victoria ada sebuah insiden di mana lima ekor platipus ditemukan tenggelam dalam jebakan."
Profesor Kingsford mengatakan jumlah populasi platypus di masa lalu dikumpulkan dengan membaca artikel koran tua yang melaporkan tentang perdagangan bulu platipus pada abad ke-19.
"Kira-kira saat itu mereka menembakkan platypus untuk dijadikan mantel bulu, terutama untuk pasar konsumen Eropa karena platipus adalah patung suci atau totem bagi orang Aborigin," katanya.
Lebih banyak kesadaran untuk melindungi populasi platipus hanya dimulai pada awal abad ke-20, kata Profesor Kingsford.
Hewan ini dikenal sebagai mahluk yang lucu, berbulu dan salah satu binatang paling tidak biasa di dunia, namun tidak banyak yang diketahui tentang platipus dan para periset memperingatkan keberadaannya tengah terancam.
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Dunia Hari ini: Trump Bertemu Biden untuk Mempersiapkan Transisi Kekuasaan
- Dunia Hari Ini: Penerbangan dari Australia Dibatalkan Akibat Awan Panas Lewotobi
- Dunia Hari Ini: Tabrakan Beruntun Belasan Mobil di Tol Cipularang Menewaskan Satu Jiwa
- Korban Kecelakaan WHV di Australia Diketahui Sebagai Penopang Ekonomi Keluarga di Indonesia
- Trump Menang, Urusan Imigrasi jadi Kekhawatiran Warga Indonesia di Amerika Serikat