Porang Komersial

Oleh Dahlan Iskan

 Porang Komersial
Dahlan Iskan bersama petani porang di Ponorogo. Foto: disway.id

Tanahnya di Pacitan kini ditanami cengkeh. Koko akan menanam porang di sela-sela cengkehnya itu.

Lain lagi dengan Pak Warno. Dulu ia tidak tertarik porang. Tiap hektar hanya menghasilkan 10 ton. Kini ia ikut jejak Pak Marni.

Hanya saja Pak Warno sulit dapat benih. Yang disebut katak. Yakni buah porang yang muncul di daun.

Satu daun bisa ditumbuhi 40 katak. Namun tetap saja tidak cukup memenuhi minat baru tanam porang.

"Harga katak sudah 80 ribu per kg," ujar Pak Suwarno yang akan all-out jadi petani baru porang. Setelah pensiun dari Perhutani.

Pak Warno tidak khawatir akan pasar. Pasar ekspor seperti tidak terbatas. Pasar dalam negeri sangat besar.

Pabrik porang terus dibangun. Terakhir di Caruban. Kapasitas tampungnya 60 ton/jam. Mulai beroperasi Juni nanti.

Porang petani dikirim ke pabrik. Diiris-iris. Dikeringkan. Dibuat tepung. Dipisahkan kadar glukomanannya. Dari asam oskalatnya.

Dulu saya yang anjur-anjurkan. Sekarang giliran saya yang harus belajar. Sukses baru datang setelah gagal 15 tahun.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News