Potensi Kembangkan Vaksin DBD dan Zika dari Vaksin Buaya

"Kami dapat membuat virus hibrid serupa dengan keamanan yang sama untuk sejumlah penyakit yang berbeda, termasuk demam berdarah, zika, sakit kuning dari patogen yang dibawa nyamuk ini," kata Profesor Hall.
"Jadi berpotensi untuk spesies lain, terutama manusia."
Perdagangan kulit memicu penelitian
Para ilmuwan yang terlibat telah mengembangkan vaksin melalui proyek pengendalian penyakit buaya senilai $4,8 juta, atau hampir Rp 50 miliar. Proyek ini dipimpin oleh perusahaan peternakan buaya di Kawasan Australia Utara, Porosus Pty Ltd.

ABC TV
Pemerintah pusat Australia telah memberikan kontribusi dengan memberikan dana sebesar $1,15 juta, sekitar Rp 12 miliar lewat lembaga CRC for Developing Northern Australia.
Pemilik perusahaan Porosus, Mick Burns mengatakan proyek ini bertujuan untuk memungkinkan produsen buaya di Australia untuk menjadi lebih kompetitif secara global.
"Virus bisa datang dan pergi, tapi dalam beberapa kasus kita telah melihat 50 persen lebih [tingkat infeksi] dan yang harus kita lakukan adalah memahami dampaknya pada apa yang kita jual," katanya.
Buaya sebagai kelinci percobaan
Dewan penelitian kesehatan di Australia juga memberikan dana kepada Profesor Hall untuk menggembangkan flavivirus yang aman untuk vaksin hibrida yang dapat melindungi manusia dari infeksi yang ditularkan melalui nyamuk.
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia