Potensi Kembangkan Vaksin DBD dan Zika dari Vaksin Buaya
"Kami dapat membuat virus hibrid serupa dengan keamanan yang sama untuk sejumlah penyakit yang berbeda, termasuk demam berdarah, zika, sakit kuning dari patogen yang dibawa nyamuk ini," kata Profesor Hall.
"Jadi berpotensi untuk spesies lain, terutama manusia."
Perdagangan kulit memicu penelitian
Para ilmuwan yang terlibat telah mengembangkan vaksin melalui proyek pengendalian penyakit buaya senilai $4,8 juta, atau hampir Rp 50 miliar. Proyek ini dipimpin oleh perusahaan peternakan buaya di Kawasan Australia Utara, Porosus Pty Ltd.
Pemerintah pusat Australia telah memberikan kontribusi dengan memberikan dana sebesar $1,15 juta, sekitar Rp 12 miliar lewat lembaga CRC for Developing Northern Australia.
Pemilik perusahaan Porosus, Mick Burns mengatakan proyek ini bertujuan untuk memungkinkan produsen buaya di Australia untuk menjadi lebih kompetitif secara global.
"Virus bisa datang dan pergi, tapi dalam beberapa kasus kita telah melihat 50 persen lebih [tingkat infeksi] dan yang harus kita lakukan adalah memahami dampaknya pada apa yang kita jual," katanya.
Buaya sebagai kelinci percobaan
Dewan penelitian kesehatan di Australia juga memberikan dana kepada Profesor Hall untuk menggembangkan flavivirus yang aman untuk vaksin hibrida yang dapat melindungi manusia dari infeksi yang ditularkan melalui nyamuk.
- Dunia Hari Ini: Harvey Moeis Divonis Enam Setengah Tahun Penjara
- Australia Membutuhkan Pekerja Lepasan yang Cukup Banyak Menjelang Akhir Tahun
- Sebuah Gelombang Besar yang Menerjang Asia
- Dunia Hari Ini: Kebakaran Hutan Masih Ancam negara Bagian Victoria di Australia
- Dunia Hari Ini: 51 Pria Dijatuhkan Hukuman Atas Kasus Pemerkosaan Prancis
- Anggota Bali Nine Sudah Bebas dan Kembali ke Keluarga Masing-masing