Potensi Kolaborasi Indonesia-Australia Wujudkan Pusat Pengembangan Mobil Listrik di Dunia

Potensi Kolaborasi Indonesia-Australia Wujudkan Pusat Pengembangan Mobil Listrik di Dunia
Setelah kunjungan PM Albanese ke Indonesia, pekan depan Presiden Joko Widodo akan berkunjung ke Australia. (Foto: Muchlis Jr - BPMI Setpres)

Namun, Indonesia perlu mengimpor mineral penting lainnya yang tidak diproduksi secara lokal, seperti litium yang juga digunakan dalam baterai kendaraan listrik yang dimiliki Australia.

"Indonesia memiliki banyak sekali nikel seperti halnya Australia, tetapi kami tidak memiliki litium," kata Dr Patunru.

"Indonesia perlu berkolaborasi dengan negara lain… salah satunya adalah Australia," tambahnya.

Keinginan Indonesia pada litium Australia

Para menteri dan pemimpin bisnis Indonesia, termasuk Menteri Kelautan dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, sudah berulang kali menyuarakan keinginan untuk bermitra dengan Australia untuk mengimpor litium.

Termasuk saat ia berkunjung ke Australia dan menemui PM Albanese Februari lalu.

"Saat ini Indonesia berfokus untuk mengembangkan dan memperluas industri hilir, dalam hal ini industri baterai Lithium sebagai sumber energi kendaraan listrik. Untuk memenuhi target kami menjadi produsen baterai lithium terbesar di dunia, kami berharap dapat meningkatkan impor lithium dari Australia," tulisnya di akun Instagram @luhut.pandjaitan.

Ia juga menemui sejumlah pengusaha litium Australia.

"Di hadapan para pengusaha lithium, saya sampaikan bahwa Australia adalah kandidat terbaik dan partner potensial kami untuk mengembangkan Industri Baterai EV [kendaraan listrik] karena setengah dari Lithium dunia ada di negeri Kangguru," tulis Luhut dalam unggahan terpisah.

Kemungkinan kolaborasi Australia dan Indonesia terkait transisi energi bersih tampaknya akan menjadi salah satu agenda saat Presiden Indonesia Joko Widodo tiba di Sydney, Senin besok

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News