Potong Tangan Mayat Taliban, Tentara Australia Bebas Tuduhan Kejahatan Perang
Seorang tentara dari pasukan khusus Australia SAS yang memotong tangan dari dua tersangka pejuang Taliban, telah dibebaskan dari tuduhan kejahatan perang oleh penyelidikan Kepolisian Federal negara itu.
Insiden tersebut, yang pertama kali dilaporkan ABC News pada tahun 2013, terjadi selama operasi gabungan antara pasukan keamanan nasional Afghanistan dan tentara Australia di Provinsi Zabul pada bulan April 2013.
Operasi gabungan itu menargetkan seorang komandan pemberontak yang diberi kode nama "Rapier" oleh tentara Australia.
Operasi menyebabkan terbunuhnya empat tersangka pemberontak. Rapier sendiri tidak terbunuh atau tertangkap.
Seorang Kopral SAS memeriksa mayat dua gerilyawan yang dicurigai. Setelah menemukan pistol Makarov di salah satu mayat, kopral ini mulai memotong tangan kanan mayat itu dengan pisau.
Tentara Australia diminta untuk mengumpulkan sidik jari dan pemindaian mata bagi setiap pejuang Taliban yang terbunuh ketika hal ini memungkinkan untuk dilakukan.
Namun, mutilasi mayat merupakan pelanggaran hukum perang.
Terungkapnya kejadian itu menyebabkan digelarnya penyelidikan Australian Federal Police (AFP) selama dua tahun. Penyelidikan mencari tahu apakah tentara tersebut telah melakukan kejahatan perang, dan membuka adanya perpecahan antara SAS dan pihak penyidik militer.
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Dunia Hari ini: Trump Bertemu Biden untuk Mempersiapkan Transisi Kekuasaan
- Dunia Hari Ini: Penerbangan dari Australia Dibatalkan Akibat Awan Panas Lewotobi
- Dunia Hari Ini: Tabrakan Beruntun Belasan Mobil di Tol Cipularang Menewaskan Satu Jiwa
- Korban Kecelakaan WHV di Australia Diketahui Sebagai Penopang Ekonomi Keluarga di Indonesia
- Trump Menang, Urusan Imigrasi jadi Kekhawatiran Warga Indonesia di Amerika Serikat