Potret Kampung Jawa di Kecamatan Wonomulyo, Sulawesi Barat
Ada Yang Fasih Berbahasa Kromo, tapi Tak Lancar Bahasa Bugis
Rabu, 28 Maret 2012 – 00:08 WIB
Karena itulah, nama distrik tersebut yang kemudian menjadi kecamatan setelah Indonesia merdeka" dinamai dengan filosofi Jawa. Yakni, Wonomulyo. "Artinya, ini adalah hutan yang memulyakan dan membawa keuntungan bagi banyak orang," kata Imam lantas tersenyum.
Banyaknya lahan yang dibuka mengundang suku setempat untuk datang. Mereka adalah suku Mandar, Bugis, dan Toraja. Kendati demikian, dominasi Jawa di kecamatan tersebut tidak bisa dielakkan.
Buktinya, hampir semua infrastruktur bangunan menggunakan filosofi Jawa. Misalnya, pendapa kecamatan, kelurahan, dan desa yang bergaya joglo. Rumah-rumah di perkampungan juga banyak yang menyentuh tanah dan beratap genting. Masyarakat asli biasanya dapat dilihat dari rumah panggung dan atap rumah dari daun nipah.
Hebatnya, sejauh ini tidak pernah terjadi konflik antaretnis di Wonomulyo. Para penduduk saling membaur. Mereka bahkan rata-rata bisa empat bahasa sekaligus: Bugis, Mandar, Toraja, dan Jawa.
Di Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, terdapat kampung Jawa. Sebagian penduduknya warga keturunan Jawa dengan bahasa
BERITA TERKAIT
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala