Prabowo Malas Kampanye Karena Kasus Ratna Terungkap?

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat kepemiluan Kaka Suminta menilai, kesan calon presiden Prabowo Subianto malas turun berkampanye seperti dicuitkan Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat Andi Arief, merupakan kelemahan yang harus segera diantisipasi kubu Prabowo-Sandiaga Uno menghadapi Pilpres 2019.
"Saya kira, (Prabowo jarang turun ke tengah masyarakat untuk berkampanye) menjadi kelemahan pasangan Prabowo-Sandi, jika sikap yang diambil bukan bagian dari strategi khusus yang disiapkan dengan tujuan tertentu," ujar Kaka kepada JPNN.com, Senin (15/10).
Menurut Sekretaris Jenderal Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) ini, Prabowo sebagai penantang harusnya memanfaatkan secara maksimal momentum masa kampanye untuk memikat hati masyarakat.
Karena tanpa berkampanye pun, calon presiden petahana Joko Widodo hampir setiap saat muncul di media massa.
"Apalagi Indonesia sangat luas, waktu enam bulan ke depan harus se-efektif mungkin dimanfaatkan dan menjadi pemicu agar capres rajin turun ke bawah," ucapnya.
Meski begitu, Kaka belum tahu, apakah sikap Prabowo yang terlihat belum banyak terjun ke tengah masyarakat merupakan bagian dari strategi, mengingat masa kampanye yang cukup panjang.
"Bisa saja memang sikap itu diambil sebagai bagian dari sebuah strategi tertentu. Tapi saya kira efeknya membuat masyarakat bertanya-tanya. Apalagi ada petinggi parpol dari koalisi pendukungnya yang mempertanyakan," jelas dia.
Kaka khawatir sikap yang ditunjukkan Prabowo membuat opini di tengah masyarakat menjadi liar. Misalnya, menduga Ketua Umum DPP Partai Gerindra itu kehilangan semangat mengikuti pilpres karena terungkapnya kasus hoaks Ratna Sarumpaet.
Saya kira ini menjadi kelemahan pasangan Prabowo-Sandi, jika sikap yang diambil bukan bagian dari strategi khusus.
- Blusukan di Bekasi, Prabowo Buka Puasa Bareng Korban Banjir
- Konon, Kopdes Merah Putih jadi Upaya Revolusioner Demi Menguatkan Ekonomi Rakyat
- Bersepatu Bot, Prabowo Datangi Korban Banjir di Bekasi, Lihat
- Prabowo Penuhi Unsur Keterbukaan saat Bertemu Konglomerat, Beda dengan Jokowi yang Tertutup
- Seskab Teddy Naik Pangkat, SETARA Singgung Potensi Kecemburuan Pamen TNI
- Preman Saham