Prabowo Targetkan Indonesia Swasembada Pangan, Bagaimana Reaksi Australia?
"Masih ada permintaan yang baik di Indonesia untuk daging segar dan sebenarnya ada perluasan tempat penggemukan sapi saat ini dan beberapa tempat penggemukan sapi baru mulai beroperasi, ini sangat positif," kata Greg.
"Terkait rencana swasembada, ini sangat ambisius dan sudah dibicarakan serta diujicobakan oleh sejumlah presiden dan menteri pertanian [Indonesia] sebelumnya."
"Kami hanya bisa mengatakan 'mendukung apa yang Anda coba lakukan,' tetapi jika itu tidak terjadi, Australia tentu akan tetap menyediakan daging sapi, ternak hidup, dan gandum, yang merupakan tiga produk utama yang kami sediakan."
Ia mengatakan rencana program makan siang gratis sangat menarik, bahkan eksportir Australia sudah menerima telepon tentang peluang memasok sapi perah ke Indonesia.
"Saya yakin [lembaga] Dairy Australia sudah mulai terlibat dan Austrade akan mendatangkan beberapa investor pada bulan Desember," kata Greg.
Peluang untuk kemitraan
Ross Taylor, pendiri lembaga Indonesia Institute di kota Perth, mengatakan tujuan Indonesia untuk mencapai swasembada pangan sering kali dipandang salah oleh warga Australia.
Ia merasa kebijakan Presiden Prabowo malah akan menciptakan berbagai "peluang luar biasa" bagi pertanian Australia.
"Saya pikir [Prabowo] akan sangat pro-perdagangan … dan ia sangat tertarik dengan pangan dan bagaimana Indonesia dapat mengembangkan kemandirian dan bahkan menjadi eksportir," ujarnya.
Indonesia merupakan salah satu pelanggan terbesar Australia untuk produk gandum, daging merah, dan ternak hidup
- Agustiar-Edy Siap Menjalankan Program Asta Cita Prabowo Demi Menyinkronkan Pembangunan Kalteng
- Kadin Munaslub Sebut Prabowo Akan Hadir di Rapimnas, Begini Tanggapan Kubu Arsjad
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Bagaimana Cara Daftar Brigade Swasembada Pangan? Ini Penjelasan Kepala BPPSDMP Kementan
- Pilkada Landak: Kaesang Sebut Heri-Vinsesius Didukung Jokowi & Prabowo
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan