Praktik Kartel Bikin Harga Tiket Pesawat Mahal
jpnn.com, JAKARTA - Praktik kartel diduga menjadi biang kerok melambungnya harga tiket pesawat yang mahal belakangan ini.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda, mengatakan ditinjau dari struktur pasar industri penerbangan saat ini tercipta oligopoli dengan tingkat konsentrasi pasar mencapai mencapai 96 persen.
Pasalnya, semakin tinggi tingkat konsentrasi pasar Lion Air Group dan Garuda Group maka kedua perusahaan terbesar tersebut bisa bebas menentukan kuantitas ataupun harga.
"Pergerakan harga tiket pesawat bisa dinilai seragam. Saat menaikkan dan menurunkan harganya mereka besepakat. Diduga ada kartel antara keduanya," sebut Nailul, Rabu (20/3).
Nailul memprediksi dugaan praktik kartel di industri penerbangan akan menurunkan insentif bagi perusahaan untuk melakukan efisiensi.
Padahal, sambung Nailul, efisiensi ini dibutuhkan untuk merangsang industri penerbangan lebih bersaing dan kompetitif agar konsumen menikmati harga yang lebih murah.
Selain itu, dampak domino dari kartel ini berimbas ke pariwisata, perdagangan, dan sektor kreatif lainnya.
"Permasalahan utama dari tiket ini ya dugaan kartel dua grup besar, Garuda Indonesia dan Lion Grup. Kedua grup perusahaan tersebut dinilai menaikkan harga tiket secara bersama-sama dan diduga bersepakat," kata dia.
Penghapusan batas harga tiket pesawat diharapkan bisa sesegera mungkin dilakukan untuk memberikan insentif bagi perusahaan agar berperilaku efisien.
- INDEF Menyoroti Rencana Kenaikan PPN & Makan Bergizi Gratis, Mengkhawatirkan
- INDEF: Dampak Kerugian Penyeragaman Rokok Bisa Tembus Rp 308 Triliun
- Browser Safari di iPhone, iPad & MacBook, Muncul Website Ini untuk Pencarian Hotel
- Cara Menemukan Penerbangan Termurah di Google Flights
- Asosiasi Kedelai Indonesia Siap Dukung Ketahanan Pangan Nasional
- Industri Hasil Tembakau Merugi, Penerimaan Negara Bakal Terancam