Praktik Penjualan Handphone yang Patut Diwaspadai
jpnn.com - Membeli ponsel baru pun harus berhati-hati, meski tingkat kewaspadaannya tak perlu setinggi kala meminang ponsel bekas. Seringkali seseorang langsung gelap mata saat melihat penawaran ponsel terbaru dengan harga miring. Akal sehat lenyap, digantikan hawa nafsu yang membuncah. Berikut aneka praktik penjualan yang wajib Anda waspadai.
Barang mimpi
Seorang penjual mengaku memiliki stok aneka ponsel yang dijual dengan harga miring. Dibandingkan harga pasar, harga yang dipatoknya nyaris cuma setengah harga. Samsung Galaxy S5, contohnya, yang harga pasarnya mendekati Rp 7 juta hanya dijual Rp 3,5 juta. “Kami bisa menjual murah karena mengambil langsung dari pabriknya. Kalau tak percaya, silakan datang ke kantor kami di jalan bla… bla… bla… Batam.” Begitu yang tertulis di situs penjual tersebut.
Kalau melihat tawaran seperti itu, saran penulis, langsung lupakan. Pabrik ponsel tak sama dengan pabrik makanan berskala industri rumahan. Memangnya si penjual itu sanggup kulakan berapa juta unit Galaxy S5 sehingga bisa langsung membeli di pabrik Samsung? Mustahil. Alamat yang disebutkannya, kalau dikunjungi pasti juga tidak benar. Entah itu rumah/kantor milik orang lain atau malahan tidak ada alamat tersebut. Penjual mencatut nama Batam karena daerah itu buat sebagian orang masih identik dengan pusat penjualan barang elektronik berharga miring.
Bila Anda tetap nekat bertransaksi, percayalah… yang Anda beli bukan ponsel terbaru melainkan barang mimpi. Uang melayang, lalu selamat memimpikan ponsel idaman Anda tiba. Barang BSB. Ini maksudnya barang bekas seperti baru. Jadi, ponsel yang dijual sebenarnya barang bekas. Namun, karena masih sangat mulus, penjual mengklaimnya sebagai barang baru. Penjual menawarkannya dengan harga sama atau sedikit lebih rendah dibandingkan harga pasar.
Pembeli yang sangat peka harga dan lengah berpotensi terjerat. Ia membeli ponsel yang diyakini baru, padahal sebenarnya ponsel bekas yang masih sangat mulus. Pembeli itu senang karena merasa dirinya telah berhemat, sedangkan si penjual nakal juga tersenyum lebar lantaran sukses meraih keuntungan besar.
Tidak orisinal
Ponsel yang dijual benar-benar baru. Kalau penjual menyatakan bergaransi resmi, ponsel itu memang sungguh bergaransi resmi. Masalahnya, penjual sebelumnya telah bertindak “kreatif”. Sebagian isi paket penjualan telah diganti dengan produk bukan orisinal. Misalnya, charger dan baterai bawaan diganti produk berlogo sama, tetapi palsu dan berkualitas lebih rendah.