Praktisi Keamanan Siber Sebut Corona Bukan Satu-satunya Ancaman Buat Pancasila

Hal ini membuat masyarakat tanah air terancam makin sulit mewujudkan kesejahteraan, utamanya karena kemajuan teknologi ikut mendorong sentralisasi ekonomi secara global.
“Makin berkembangnya teknologi di ruang siber mau disadari atau tidak mendorong sentralisasi ekonomi secara global," kata dia.
Ia menilai sungguh ini situasi yang sulit, di saat amanat reformasi mendorong desentralisasi ekonomi, kondisi global mendorong sentralisasi ekonomi.
"Bila tidak siap dengan regulasi, akan sangat berbahaya untuk kelangsungan bangsa ke depan,” jelas pria asal Cepu Jawa Tengah ini.
Pratama mencontohkan banyaknya layanan di ruang siber yang memutus akses negara misalnya untuk urusan pajak.
Contohnya, kata Pratama, saat berlangganan Netflix atau membeli software di luar negeri, banyak sekali transaksi tersebut tanpa dikenai pajak.
Pengawasan transaksi jelas sulit, karena posisi penjual juga tidak di tanah air.
“Urusan pajak hanya salah satu saja. Urusan data, raksasa teknologi seperti menambang emas dari negara kita dalam berbagai bentuk seperti mesin peramban, smartphone, aplikasi dan marketplace. Padahal data sangat mahal saat ini, tetapi regulasi kita tidak siap mengatur agar ada pembagian merata antara negara dengan perusahaan teknologi dan juga masyrakat,” paparnya.
Di era digital ini, corona bukan satu-satunya ancaman terhadap eksistensi Pancasila.
- Lulusan CPNS dan PPPK 2024 Dongkrak Jumlah ASN Hingga 5,7 Juta Orang
- TNI Bakal Operasi Siber, Inilah Pihak yang Akan Ditarget
- IDCI Nilai Pertahanan Siber Seharusnya Jadi Tugas Utama TNI
- PA GMNI Dorong Etika Bernegara Berbasis Pancasila untuk Atasi Krisis Demokrasi
- Jaga Keamanan Data Pasien, RS Atma Jaya Gandeng ITSEC Asia
- Telkom Hadirkan Solusi Keamanan Siber Tanpa Kompromi Lewat BigBox AI