Pram…Datuk Punk!
inilah negeri kita/alamnya kelam tiada berbintang/dari derita dan derita/menderita…derita terus
sampai kapankah derita ini?/au ah!/yang kaya darah dan air mata/yang senantiasa mewarnai bumi pertiwi/dinodai, digagahi, dikuasai
dikangkakangi, dihabisi para penguasa rakus...
Mike langsung berkomentar, "ya, dia (Pram--red) suka lagu itu. Bahkan, lagu itu yang menjadi alasan ia menyarankan kita untuk mempengaruhi cucunya."
Dulu, ketika Pram masih ada, anak-anak Marjinal kerap berkumpul dan bermuka-muka dengannya. Meski usia berpaut jauh, hubungan mereka hangat.
"Sosok Pram yang sangat bersahaja, teman bercanda yang segar. Ia lucu dan apa adanya. Kita generasi muda, bersamanya bebas dari rasa takut."
Di ujung obrolan, Mike mengaku banyak mengenal substansi dan esensi hidup serta persoalannya lebih dalam, mengakar dan melapangkan hati dari Pram.
"Saat-saat bersama, kita bangga untuk memangil beliau Datuk Punk. Dia adalah opah, ayah, paman, sobat, guru, Datuk Punk bagi kami di negeri ini…"
Pramoedya Ananta Toer lahir di Blora, 6 Februari 1925. Berpulang di Jakarta, 30 April 2006. Satu di antara kutipannya yang membumi, "duniaku bukan harta dan jabatan. Tapi, bumi manusia dan segala macam persoalannya." (wow/jpnn)
BAHWA Pramoedya Ananta Toer seorang penulis berkaliber, banyak yang tahu. Bahkan, merayakan ulang tahun Pram hari ini, 6 Februari, laman Google pun
Redaktur & Reporter : Wenri
- Heru B. Wasesa dan Tim Gali Fakta Sejarah Nusantara dari Perspektif Eropa
- Memperingati Kudatuli, PDIP Bersama Korban Rezim Otoriter Tabur Bunga di Kantor Partai
- Festival Maek 2024 Akhirnya Digelar, Kenalkan Sejarah Megalitikum di Minangkabau
- Final EURO 2024 dan Stadion Megah dengan Sejarah Kelam Nazi
- Pemda Batang Sambut Baik Gagasan PMB Tentang Penulisan Sejarah
- Presiden Jokowi Apresiasi Blok Rokan, Ini Paling Terbesar dan Produktif dalam Sejarah