Prefunding Diprediksi Tingkatkan Risiko Utang
”Otomatis defisit akan melebar karena bunga utang yang harus dibayar otomatis meningkat,” imbuh Bhima.
Sementara itu, Chief Economist SKHA Institute for Global Competitiveness (SIGC) Eric Alexander Sugandi menuturkan, risiko crowding-out akibat prefunding tidak terlalu besar.
Sebab, menurut dia, dana tersebut diperoleh dari luar negeri. Selain itu, dia menilai, dampak keputusan prefunding tersebut cukup baik untuk cash flow di awal tahun.
Namun, dia mengakui adanya potensi pelebaran defisit di tahun depan.
”Prefunding ini akan dihitung sebagai instrumen utang. Jadi, memang target defisit yang 2,19 persen itu terlalu optimistis karena pasti ada pelebaran,” ujarnya kemarin.
Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Scenaider Siahaan menegaskan bahwa upaya prefunding tersebut justru akan menambah likuiditas domestik.
Karena itu, dia membantah bahwa upaya prefunding akan menimbulkan efek crowding-out.
”Ya enggak rebutan lah (antara jasa keuangan dan pemerintah). Lha kan itu menambah likuiditas domestik karena dapat dana dari luar negeri,” ujarnya. (ken/c10/sof)
Penarikan utang atau prefunding dalam jumlah besar pada pengujung tahun ini bakal meningkatkan risiko utang.
Redaktur & Reporter : Ragil
- Rencana Prabowo Optimalkan Pajak di Program Makan Gratis Mengancam Pembangunan IKN
- Libur Panjang Cuti Bersama Iduladha Bagus bagi Perekonomian, Begini Kata Pengamat
- Ekonomi RI Tumbuh di Atas 5 Persen, Pakar Ini Beri Peringatan kepada Pemerintah
- Cegah PHK, Pemerintah Harus Memperluas Pasar Ekspor Garmen
- Kurs Rupiah Ngeri-Ngeri Sedap, Diprediksi Bisa Makin 'Gila'
- KTP Jadi Syarat Beli Minyak Goreng Curah, Ekonom: Mempersulit Pembeli