Presiden Jawa
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Kemudian ‘’No’’ dihubung-hubungkan dengan Sukarno, ‘’To’’ dihubungkan dengan Soeharto, dan seterusnya.
Tentu saja ini ilmu gutak-gatuk alias utak-atik yang tidak ilmiah.
Nama-nama presiden berikutnya tidak berurutan seperti akronim notonegoro, karena presiden berikut setelah Pak Harto adalah Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Akan tetapi, seorang pendukung Gus Dur bercanda bahwa nama Gus Dur masuk dalam Jangka Jayabaya.
Menurutnya, Jayabaya menyebut penguasa nusantara adalah ‘’Notomanconegoro’’.
Berarti, setelah ‘’No’’ kemudian ‘’To’’ setelah itu ‘’Man’’ yang merujuk pada ‘’Abdurrahman Wahid’’.
Tentu saja ini juga sekadar canda politik.
Fakta demografis, sosiologis, dan historis memang menunjukkan dominasi etnis Jawa sebagai etnis terbesar dan berpengaruh.
Dalam wawancara dengan Rocky Gerung, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan kalau bukan orang Jawa sebaiknya tidak usah memaksa mencalonkan diri menjadi presiden.
- Hasto Bakal Kirim Buku Pak Sabam Biar Ara Sirait Melakukan Perenungan
- Tuduh Ara Bermain SARA di Pilkada Jakarta, PDIP Bakal Tempuh Langkah Hukum
- Pramono Dinilai Sengaja Tak Umbar Dukungan PDIP di Alat Peraga Demi Raup Massa Anies
- Anies Dukung Pramono – Rano Karno, Brando Susanto: Jakarta Jadi Contoh Demokrasi yang Sejuk
- Analisis Qodari Soal Pilkada Jakarta 2024, Soroti Sikap Anies Dukung Pram - Rano
- Sikap Anies Belum Tentu Bikin Anak Abah Mendukung Pramono Anung