Presiden Jawa
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Bung Karno menjadi presiden pertama dan Mohammad Hatta yang beretnis Minangkabau menjadi wakil presiden.
Ketika itu dua tokoh tersebut memang menjadi pemimpin gerakan perjuangan yang paling menonjol di antara yang lain, sehingga kemudian dipilih secara aklamasi menjadi presiden dan wakil presiden.
Dua tokoh itu disebut sebagai ‘’Dwi Tunggal’’ yang saling melengkapi.
Hatta benar-benar menjadi bagian tidak terpisahkan dari kepemimpinan nasional, dan tidak sekadar menjadi ban serep bagi Soekarno.
Soekarno selalu berkonsultasi kepada Hatta untuk mengambil semua keputusan-keputusan strategis, dan berbagi tugas-tugas kenegaraan dengan Bung Karno.
Herbert Feith menyebut pasangan ini sebagai kombinasi yang saling melengkapi.
Bung Karno yang jago dalam berorasi dan mempunyai karisma besar untuk mendapatkan pendukung yang luas disebut sebagai ‘’solidarity maker’’.
Bung Hatta yang lebih kalem, cermat, teliti, dan tekun, disebut sebagai ‘’administrator’’. Perpaduan dua tipe pemimpin dianggap ideal.
Dalam wawancara dengan Rocky Gerung, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan kalau bukan orang Jawa sebaiknya tidak usah memaksa mencalonkan diri menjadi presiden.
- Hasto Bakal Kirim Buku Pak Sabam Biar Ara Sirait Melakukan Perenungan
- Tuduh Ara Bermain SARA di Pilkada Jakarta, PDIP Bakal Tempuh Langkah Hukum
- Pramono Dinilai Sengaja Tak Umbar Dukungan PDIP di Alat Peraga Demi Raup Massa Anies
- Anies Dukung Pramono – Rano Karno, Brando Susanto: Jakarta Jadi Contoh Demokrasi yang Sejuk
- Analisis Qodari Soal Pilkada Jakarta 2024, Soroti Sikap Anies Dukung Pram - Rano
- Sikap Anies Belum Tentu Bikin Anak Abah Mendukung Pramono Anung