Presiden Jokowi Diminta Tidak Perlu Takut Hadapi Gugatan Uni Eropa
"Kala itu presiden mengatakan, 'jangan ada lagi bahan mentah yang langsung dikirim ke luar negeri. Harus ada nilai tambah untuk daerah dan untuk lingkungan daerah.," kata Ferdy.
Menurutnya, presiden ketika itu membandingkan keuntungan yang didapat dari pengiriman bahan setengah jadi yang hanya AS$ 30 per metrik ton dibandingkan produk setengah jadi yang harganya menjadi AS$ 1.300 per metrik ton.
Alasan lain, Ferdy juga menyebut Indonesia selama ini dikenal sebagai negeri pengekspor terbesar di dunia untuk sektor mineral. Pada 2012 misalnya, ekspor nikel dari pemegang izin usaha pertambangan (IUP) sebesar 41 juta ton. Naik hampir 2000 persen dibanding 2009 yang hanya mencapai 91.000 ton. Ferdy menilai kondisi yang ada harus benar-benar dikontrol ketat.
“Sepanjang 2013 ke 2014 saya menyaksikan sendiri berton-ton bijih mentah diangkut tanpa pengawasan ke belasan kapal berbendera asing yang bertaburan tidak jauh dari pelabuhan yang saat itu bertebaran di berbagai titik di Sulawesi bagian tengah dan tenggara. Saya melihat sendiri kalau pengiriman 'tanah' tersebut dilakukan siang-malam tanpa henti, dan sama sekali tidak memperhatikan good mining practices," pungkas Ferdy.(gir/jpnn)
Peneliti Alpha Research Database Indonesia Ferdy Hasiman mengatakan, pelarangan ekspor mineral, nikel, tembaga, bauksit dan batubara sebenarnya sudah dimulai sejak 14 Januari 2014 lalu.
Redaktur & Reporter : Ken Girsang
- Jokowi Seharusnya Tidak Memanfaatkan Prabowo Demi Kepentingan Politik Pribadi
- Prabowo dan Jokowi Bertemu di Surakarta, Lalu Makan ke Angkringan
- Akbar Yanuar
- Mengintip Spesifikasi Mobil Maung Garuda yang Ditumpangi Prabowo dan Jokowi, Sangar
- Presiden Prabowo Bawa Bobby Tinggal di Istana Negara, Lihat Tuh
- Jokowi Resmi Lengser, Prabowo Kini Menjabat Presiden RI