Presiden Prabowo dan Tantangan Aktualisasi Pancasila

Oleh: I Wayan Sudirta, S.H., M.H - Anggota Komisi III DPR RI Fraksi PDI Perjuangan

Presiden Prabowo dan Tantangan Aktualisasi Pancasila
Anggota Komisi III DPR RI I Wayan Sudirta. Dokumen pribadi

Dengan demikian, Pancasila hadir sebagai sintesis antara negara kapitalisme-liberal dan sosialisme-komunis. Dalam hal ini Soekarno mengemukakan, “Negara Indonesia bukan satu negara untuk satu orang, bukan satu negara untuk satu golongan walaupun golongan kaya. Tetapi kita mendirikan negara “semua buat semua?, “satu buat semua, semua buat satu”.

Presiden Prabowo diharapkan untuk benar-benar menekankan prinsip-prinsip tersebut sebagai visi-nya ke depan.

Menjadikan Pancasila sebagai rujukan Pemerintahan Presiden Prabowo akan memberikan alas materiil yang fundamental bagi jalannya pemerintahan ke depan.

Tentu ini harus dimulai dengan memberikan perspektif yang sama bagi semua menteri-menteri yang diangkat.

Kabinet “besar” merah putih menjadi pertaruhan Prabowo dalam mengaktualisasikan nilai-nilai Pancacila. Sudah seharusnya visi besar ini juga disampaikan dan dipedomani oleh para menteri, karena menteri-menteri yang diangkat berasal dari latar belakang yang beragam.

Tantangan Presiden Prabowo di awal pemerintahannya adalah meletakkan nilai-nilai Pancasila dan aktulisasinya menjadi “langkah besar” bersama Kabinet Merah Putih.

Susunan Kabinet saat ini sudah terbentuk, walaupun terasa agak gemuk.

Namun, program-programnya masih harus ditunggu dan diharapkan oleh masyarakat, apakah secara keseluruhan program tersebut bisa mencerminkan semangat dan nilai-nilai Pancasila seperti yang diharapkan oleh Bung Karno.

Pelantikan presiden dan wakil presiden (20/10/2024) merupakan momen yang sangat penting dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, dimana Prabowo dan Gibran.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News