Presiden Terpilih Iran Tolak Bertemu Joe Biden
jpnn.com, IRAN - Iran adalah negara yang memakai konsep Wilayahtul Faqih, yang mana seorang marja’ Ayatollah yang memegang kepemimpinan.
Ayatollah adalah seorang yang memiliki ilmu, lelaku serta kapasitas yang memumpuni dalam keagamaan, dan kemanusiaan serta kepemimpinannya menjadi penentu semua kebijakan penting, bukan perdana menteri atau parlemen.
Saat ini Ayatollah Ali Khamenei yang memegang wilayah kepemimpinan tersebut dan Presiden terpilih Iran, Ebrahim Raisi, menjadi kepanjangan tangan dari sang ayatollah dalam wilayah parlemen.
Dalam konferensi pers pertamanya usai memenangkan pemilu, Presiden Ebrahim Raisi membeberkan prioritas utama selama masa pemerintahannya.
Antara lain perbaikan hubungan diplomasi dengan negara-negara Teluk.
Namun begitu, sang mantan hakim konservatif itu kembali memperingatkan musuh bebuyutan Arab Saudi untuk menghentikan intervensi militer di Yaman.
Raisi yang berusia 60 tahun akan menggeser tokoh reformis, Hassan Rouhani, pada 3 Agustus mendatang.
Sebagaimana pemangku jabatan saat ini, dia pun memprioritaskan pencabutan sanksi yang melumpuhkan ekonomi, terutama demi pemulihan pascapandemi.
Presiden terpilih Iran Ebrahim Raisi mendukung negosiasi perjanjian nuklir, tetapi menolak bertemu Presiden AS Joe Biden
- AS Optimistis Kembangkan Kerja Sama Ekonomi dengan Pemerintahan Baru
- ISDS Gelar Lomba Reels Bertema Ancaman Nuklir di Semenanjung Korea
- Joe Biden Izinkan Ukraina Pakai Rudal Jarak Jauh AS untuk Serang Rusia
- Pemerintahan Sederhana
- Lihat, Sikap Mayor Teddy Saat Prabowo Memperkenalkannya ke Joe Biden
- Dunia Hari ini: Trump Bertemu Biden untuk Mempersiapkan Transisi Kekuasaan