Presiden yang Naik Kelas

Presiden yang Naik Kelas
Presiden yang Naik Kelas
Mudah-mudahan saja tidak lain di bibir lain di hati. Kadang-kadang, penolakan justru bukan datang dari yang bersangkutan. Tetapi dari oang-orang di sekitarnya, atau yang merasa “orang di sekitarnya.” Pepatah lama mengatakan, kerap sekali cemprong lampu lebih panas ketimbang apinya.

Contoh lain yang bukan generalisasi, “bapak itu sangat ramah, yang ekstra ketat justru ajudannya.” “Bagai panglima talam” kata orang Melayu. Padahal sang raja selalu bijak bestari, dan tidak tiba di mata dipicingkan, tiba di perut dikempeskan.

Sikap ketiga pemimpin itu yang harus ditularkan, antara lain kepada massa di akar rumput. Seringkali untuk menunjukkan loyalitas, massa pendukung bertindak anarki seperti kerap kita lihat dalam pertandingan sepakbola di Tanah Air.

Meskipun tak mustahil, justru para elit yang menyiramkan “bensin” ke api yang sekecil apapun tentu bisa marak menjadi kobaran api. Pendapat ini berangapan justru akar rumput adalah masyarakat yang butuh ketentraman. Justru para elit di sekitar sang tokoh yang kerap tampil bagai pahlawan kesiangan.

Sesuatu yang keluar dari bibir juga sesuai dengan yang keluar dari hati. Kita meyakini itu tatkala  Dekan Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM),

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News