Presiden yang Naik Kelas
Jumat, 03 Juli 2009 – 22:07 WIB
***
Saya membayang-bayangkan, siapapun yang terpilih menjadi presiden dan wakilnya, tak lagi banyak harus berpikir-pikir. Misalnya, tak perlu lagi menyusun visi misi dan yang hendak dikerjakan selama lima tahun ke depan. Misalkan sayalah orang yang beruntung itu, walau tak mungkin karena saya bukan Capres, tinggal menggabung visi misi ketiga Capres itu.
Ekonomi “jalan tengah” yang digadang-gadangkan oleh SBY-Boediono akan saya padukan dengan ekonomi kerakyatan ala Mega-Prabowo. Pelaksanaannya di lapangan akan saya mainkan dengan prinsip “lebih cepat lebih baik.” Wah, ada tiga paradigma dalam diri seorang presiden bagaikan three in one. Dahsyat, bukan?
Tak perlulah diuraikan lagi apa maksud ketiga paradigma itu karena toh sudah dijajal-jajalkan selama masa kampanye. Jika masing-masing paradigma mempunyai basis pendukung, baik di parlemen dan masyarakat, maka dengan menggabungnya menjadi semacam “trilogy pembangunan” – tentu beda dengan defenisi Orde Baru – masyarakat penyokong semakin meluas. Tak hanya legitimate secara undang-undang dan politik, tetapi juga secara sosiologis.