Presiden yang Naik Kelas

Presiden yang Naik Kelas
Presiden yang Naik Kelas
Namun begitupun, Soeharto melakukannya. Memang ada saja kritik, bahwa hal itu hanya sekedar kosmetik politik. Namun apapun itu, seorang Soeharto masih mau sharing kekuasaan dengan lawan politiknya. Bagaimana dengan presiden terpilih 8 Juli 2009 ini, yang justru hidup di era reformasi dan demokratisasi? Elok jugalah direnungkan.

                                               ***

Politik sesungguhnya hanya alat, di antaranya partai politik. Pemilu dan Pilpres pun hanya sarana bagi terwujudnya demokrasi. Politik, partai, Pemilu dan Pilpres bukanlah tujuan akhir. Di atas segala-galanya masih ada rakyat, kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Jika seorang Capres memenangkan Pilpres, tugasnya belum berakhir. Bahkan sedang dimulai, yakni ikhtiar untuk membahagiakan rakyat.

Saya membayang-bayangkan presiden terpilih akan melakukan itu. Mula-mulanya, yakni itu tadi: menggabung ketiga visi misi dari tiga pasangan Capres-Cawapres yang ada dalam sebuah rumusan yang sistematis, konseptual, workable, dan konferehensif. Lalu, presiden dan wakil presiden yang baru mencoba mengakomodasi para menteri dari partai-partai yang Capres-Cawapresnya kalah pada 8 Juli 2009.

Sesuatu yang keluar dari bibir juga sesuai dengan yang keluar dari hati. Kita meyakini itu tatkala  Dekan Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM),

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News