President Trump Jadi Cover Majalah Time Lagi
Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menjadi gambar depan majalah AS Time, namun mungkin edisi itu bukan hal yang akan disukainya.
Majalah berita mingguan ini baru saja menerbitkan halaman muka tersebut dan segera dishare oleh banyak orang di internet.
Majalah Time menulis mengenai krisis imigrasi di perbatasan AS-Meksiko, dan gambar Trump berdiri di depan seorang bayi yang sedang menangis.
Bayi yang menangis itu adalah seorang anak berusia dua tahun dari Honduras, yang fotonya diambil ketika dia bersama ibunya beberapa hari lalu yang sekarang viral ke seluruh dunia.
Fotografer pemenang Hadiah Pulitzer John Moore dari Getty Images mengambil gambar bayi tersebut yang sekarang menjadi simbol masalah krisis pemisahan keluarga yang terjadi di perbatasan Amerika Serikat dimana orang dewasa yang hendak masuk ke sana ditahan terpisah dari anak-anak mereka.
"Ini yang mengenaskan bagi saya. Setelah berakhir, mereka dinaikkan ke dalam van, saya harus berhenti dan menarik napas panjang." kata Moore kepada Time mengenai proses pengambilan gambar tersebut.
"Saya sebenarnya ingin menggendong bayi tersebut. Namun saya tidak bisa melakukannya.' kata Moore yang bahkan tidak tahu siapa nama bayi tersebut dan ibunya karena tidak ada kesempatan untuk bertanya.
Ini adalah untuk ke-21 kalinya Trump menjadi sampul depan majalah Time. Penampilan pertamanya adalah di tahun 1989.
Namun dia masih kalah dari mantan Presiden Amerika Serikat di tahun 1970-an, Richard Nixon yang 55 kali menjadi sampul depan majalah Time.
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Dunia Hari ini: Trump Bertemu Biden untuk Mempersiapkan Transisi Kekuasaan
- Dunia Hari Ini: Penerbangan dari Australia Dibatalkan Akibat Awan Panas Lewotobi
- Dunia Hari Ini: Tabrakan Beruntun Belasan Mobil di Tol Cipularang Menewaskan Satu Jiwa
- Korban Kecelakaan WHV di Australia Diketahui Sebagai Penopang Ekonomi Keluarga di Indonesia
- Trump Menang, Urusan Imigrasi jadi Kekhawatiran Warga Indonesia di Amerika Serikat