Prestasi Fadli dan Fahri Biasa Saja, Kok Bisa Dapat Penghargaan?
jpnn.com, JAKARTA - Wacana Presiden Joko Widodo menganugerahkan tanda jasa Bintang Mahaputra Nararya untuk dua politikus Indonesia, Fahri Hamzah dan Fadli Zon (FH dan FZ), membuat penghargaan simbol negara itu menjadi rendah.
Bahkan kedua tokoh tersebut dianggap tak punya prestasi yang luar biasa sehingga negara tidak wajib memberikan penghargaan itu.
"Derajat penghargaan ini merupakan level terendah. Bintang Mahaputra Nararya adalah kelas kelima dari kategori bintang Mahaputra. Bintang pertama adalah Adipurna. Beberapa pimpinan DPR pernah mendapatkan bintang kehormatan ini," kata pengamat politik Ray Rangkuti kepada JPNN.com, Rabu (12/8).
Ray juga menilai banyak warga sipil tanpa jabatan tinggi negara, juga mendapatkan bintang Mahaputra Nararya. Karena itu, Ray menanyakan alasan Presiden Jokowi memberikan anugerah itu.
"Apakah negara melihat ada sesuatu yang luar biasa dipikirkan, dilakukan atau diperjuangkan oleh FH atau FZ?" tanya dia.
Ray sendiri memandang Fahri dan Fadli tidak memiliki prestasi yang luar biasa di bidangnya. Karena itu, Ray menilai bintang kehormatan yang mereka dapatkan tidak lebih karena mereka berdua pernah menjadi pimpinan DPR.
"Bukan karena prestasi luar biasa di bidang politik atau lainnya, sebagaimana disebutkan dalam UU sebagai alasan pemberian bintang kehormatan terhadap orang per orang," jelas Ray.
Meski demikian, Ray meminta masyarakat mengambil pesan kuat dari peristiwa ini. Bahwa setajam apa pun perbedaan tidak boleh menghambat untuk terus saling memberi respek.
Fadli Zon dan Fahri Hamzah dianggap tak memiliki prestasi luar biasa sehingga berhak menerima anugerah tanda jasa Bintang Nararya
- Kinerja Komunikasi Dinilai Baik, 40 Perusahaan Jadi Pemenang IPRA 2025
- KAI Logistik Raih Sertifikasi SNI ISO 37001: 2016 Sistem Manajemen Anti-Penyuapan
- BRI Insurance Kembali Raih Penghargaan di IPRA 2025
- Sarana Jaya Raih 2 Penghargaan di IHCBA 2024
- Pupuk Kaltim Borong 11 Penghargaan IGA 2025
- CropLife Apresiasi Polres Subang yang Ungkap Peredaran Sarana Pertanian Palsu