Prestasi Kaum Neolib
Oleh; Ichsanuddin Noorsy
Kalangan wartawan menyampaikan pendapatnya, bagaimana mungkin mereka yang tidak berkeringat justru memperoleh kursi. Pendapat ini tidak sepenuhnya benar, karena kebanyakan kaum neolib menjadi perpanjangan tangan atau memberi akses kalangan asing, aseng, dan pengasong kepentingan tertentu ke pemegang kekuasaan. Itu bukti mereka berjasa.
SBY saja tidak peduli dan tetap menjadikan Chatib Basri sebagai Kepala BKPM dan lalu menjadi menteri keuangan walau sudah diinfokan oleh Kwik Kian Gie dan Sri-Edi Swasono bahwa yang bersangkutan gagah menyatakan, kantongi nasionalisme. Lalu kenapa banyak kalangan nasionalis begitu risau dengan kelompok neolib ini?
Jawabnya sederhana, karena kaum neolib mengambil posisi sebagai pejuang-pejuang internasionalisme (globalisme). Seperti disampaikan Kwik Kian Gie, kejuangan mereka dengan tekanan pada mekanisme pasarnya telah menorehkan prestasi luar biasa. Misalnya melakukan liberalisasi perbankan, keuangan dan perdagangan sehingga Indonesia terkena krisis ekonomi moneter 1997/1998, merestrukturisasi perekonomian nasional berdasarkan titah IMF dan mereka demikian patuhnya, juga membuat Dewan Ekonomi Nasional pada era Abdurrahman Wahid sehingga tidak ada kebijakan yang tidak bocor ke Bank Dunia, IMF dan lembaga asing lainnya.
Lalu mereka duduk lagi di Kabinet Indonesia Bersatu Jilid I yang mengakibatkan utang program makin meningkat sehingga peraturan dan kebijakan perekonomian nasional makin liberal. Kemudian mereka membela bahwa bail out Bank Century adalah benar. Mereka menegaskan bahwa kebijakan tidak bisa dipidanakan, sementara Pengadilan tipikor telah menjatuhkan vonis bersalah kepada Budi Mulya sehinga mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia itu dijatuhi hukuman 10 tahun penjara.
Yang lebih mengagumkan lagi, mereka telah membuat ketimpangan di berbagai hal. Dari ketimpangan pendapatan, ketimpangan intelektual, ketimpangan sektoral, ketimpangan regional, hingga ketimpangan sosial. Yang paling merisaukan, dampak semua ketimpangan ini adalah menguatnya potensi kerusuhan sosial.
Hal ini sudah saya sampaikan ke berbagai kalangan pemerintah bahwa konflik masyarakat baik horizontal maupun vertikal yang terjadi telah mendorong meluasnya kericuhan kehidupan.Saya kira prestasi kaum neolib itu yang membuat berbagai kalangan meminta khusus pada saya bagaimana memaknai Revolusi Mental, Trisakti atau Nawacita sekalipun.
Saya teringat saat saya tampil di Pansus Bank Century pada Januari 2010. Kepada tokoh-tokoh PDIP saya mengingatkan, bahwa presiden dan wakil presiden bersumpah memegang teguh konstitusi. Itu berarti, siapapun kini presidennya harus konsisten dengan amanah konstitusi sebagaimana Megawati Soekarnoputri menegaskannya dalam Pidato Pembukaan Rakernas PDIP di Semarang, 19 Okt 2014.
Akankah demikian, waktu yang akan memberitakannya. Yang jelas, kaum neolib memang penuh prestasi: menihilkan rasa kebanggaan sebagai bangsa berbasis konstitusi 1945.(***)
MENJELANG terbentuknya kabinet baru di bawah kepemimpinan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK), sejumlah kalangan risau karena parlemen dikuasai Koalisi
- Brengkes Ikan, Cara Perempuan Menyangga Kebudayaan
- Negara Federal Solusi: Kucing Lebih Diterima Istana Ketimbang Orang Kawasan Timur
- Kementerian Baru dan Masa Depan Kebudayaan
- Negara Jangan Hanya Mencintai Sumber Daya Alam Kawasan Timur Indonesia
- Ketahanan Pangan Bermula dari Rumah
- Gerakan Mahasiswa: Instrumen Mewujudkan Indonesia Emas 2045