Prevalensi Rokok di Indonesia sudah Capai 65 Juta Jiwa, Pemerintah Diminta Cari Solusi
jpnn.com, JAKARTA - Aktivitas merokok berkorelasi dengan meningkatnya risiko terjangkit beragam penyakit tidak menular.
Untuk mengurangi angka perokok serta masalah kesehatan yang berkaitan dengan merokok, pemerintah diharapkan bisa mengadopsi solusi baru.
Salah satunya mendorong perokok dewasa untuk beralih ke produk tembakau alternatif.
Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Padjadjaran (UNPAD), Ardini Raksanagara mengatakan pemerintah telah melakukan berbagai upaya menurunkan prevalensi merokok, seperti menciptakan aturan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
Namun, upaya tersebut belum dinilai cukup efektif. “Ini perlu sekali melibatkan berbagai pihak, bukan satu arah dari pemerintah saja,” katanya kepada wartawan.
Salah satu solusi yang bisa diutamakan adalah yang berprinsip pengurangan risiko.
Menurut Ardini, produk seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, maupun kantong nikotin menerapkan konsep pengurangan risiko sehingga mampu mengurangi bahaya hingga 90 persen-95 persen.
“Produk ini bisa dijadikan salah satu upaya bagi perokok dewasa yang selama ini sulit berhenti. Perlunya dorongan yang kuat khususnya dari perokok dewasa itu sendiri,” ungkapnya.
Pemerintah diminta melihat hasil kajian ilmiah akademisi maupun universitas, baik dari dalam dan luar negeri terkait pengurangan rokok tembakau.
- Rokok Ilegal Merajalela, Negara Rugi Rp 5,76 Triliun Akibat Kenaikan Tarif Cukai
- INDEF: Dampak Kerugian Penyeragaman Rokok Bisa Tembus Rp 308 Triliun
- Kemasan Rokok Polos Dinilai Menghambat Hak-hak Konsumen
- Pemerintah Baru Diminta Libatkan Pemangku Kepentingan dalam Merumuskan Regulasi
- Stres di Tempat Kerja Picu Merokok? Kenali Gejalanya dan Alternatif Mengatasinya
- Blusukan di 3 Wilayah Ini, Bea Cukai Ajak Masyarakat Gempur Rokok Ilegal