Memprihatinkan, Kualitas Kepemimpinan Kita!
Oleh: Prof Tjipta Lesmana
Maka, pemilihan umum berlangsung dengan taktik money politics.
Sebagian rakyat dengan senang hati mencoblos tanda gambar setelah diberikan uang.
Alhasil, para pemimpin dan wakil rakyat, sebagian, dipilih berdasarkan setumpuk uang yang ditebarkan calon pemimpin kepada rakyat yang butuh uang.
Dari mana politisi memiliki uang dalam jumlah besar untuk memenangkan pertarungan di kotak suara? Pinjam atau minta dana dari pengusaha, khususnya pengusaha besar jika uang yang dibutuhkan berjumlah besar.
Nah, setelah memenangkan pemilihan, politisi harus bayar utang.
Dengan kursi empuk yang sudah didudukinya, pemimpin memberikan proyek-poyek pembangunan, atau kursi menteri, fasilitas lain kepada ‘bandar pemilu’.
Lingkaran setan korupsi bermula dari sana.
Makin lama, lingkaran korupsi itu makin luas dan makin masif.
Prof Tjipta Lesmana menyoroti persoalan kepemimpinan dan korupsi di Indonesia. Ada cacat besar sistem demokrasi pascareformasi.
- Pimpinan KPK Sudah Dipilih, Alexander Marwata: Mustahil Bersih-bersih dengan Sapu Kotor
- 2 Bos PT Damon Indonesia Berkah Diduga Jadi Makelar Pengadaan Bansos Presiden
- KPK Dalami ke Mana Saja Wali Kota Semarang Mbak Ita Menukar Uang
- 5 Berita Terpopuler: Kabar Gembira, Honorer Tercecer dan Database Bisa Seleksi PPPK, Jumlah Peserta jadi Makin Banyak
- Dalami Uang Suap kepada Paman Birin, KPK Periksa 4 Pihak Ini
- Jaksa Panggil Suami Airin dan Ketua DPRD Banten terkait Dugaan Korupsi