PRIMA: Politik Bebas Aktif Indonesia Harus Bersandar pada Tatanan Dunia Baru
jpnn.com, JAKARTA - Partai Rakyat Adil Makmur (PRIMA) mengapresiasi langkah Presiden Joko Widodo yang beberapa waktu lalu melakukan kunjungan ke Ukraina dan Rusia. Kedua negara tersebut saat ini sedang dalam kondisi konflik.
Sekretaris Jenderal PRIMA Dominggus Oktavianus berharap politik luar negeri Indonesia yang mengedepankan pendekatan bebas aktif ini dapat bersandar pada sikap fundamental, yakni mendukung hadirnya tatanan dunia baru yang lebih adil, setara, dan damai.
“Tatanan dunia sebelumnya dengan konsep neoliberal dan dominasi oleh satu kutub di Barat jelas tidak adil dan gagal menciptakan perdamaian dunia,” ujar Dominggus dalam keterangan tertulis diterima JPNN.com pada Jumat (8/7).
Dominggus menilai kunjungan Presiden Jokowi memiliki nilai strategis lantaran mengangkat tema pangan sebagai kepentingan bersama seluruh manusia.
Menurut dia, tema itu akan sulit ditolak oleh pihak manapun kecuali mereka yang tidak peduli pada potensi krisis kemanusiaan dan hanya mementingkan egonya sendiri.
“Kita merasa lega karena Presiden Vladimir Putin menyambut positif permintaan tersebut,” ujar Dominggus.
Ke depan, kata dia, PRIMA berharap pemerintah Indonesia tidak ragu lagi menyambut tawaran investasi yang berasal dari Rusia, termasuk pengembangan teknologi nuklir yang diperuntukkan untuk energi, kesehatan, dan pangan.
Dominggus menyampaikan selama ini sejak masa Bung Karno tidak ada pemimpin yang memiliki keberanian dan political will untuk megembangan teknologi nuklir.
PRIMA berharap politik luar negeri Indonesia yang mengedepankan pendekatan bebas aktif ini dapat bersandar pada hadirnya tatanan dunia baru yang adil dan damai.
- Digitalisasi untuk Mendorong Pengembangan Pariwisata Indonesia Perlu Dilakukan
- Universitas Bakrie Jadi Jembatan Pengembangan Industri Halal Antara Indonesia dan Filipina
- PKN Membantu Pemerintah untuk Mengentaskan Masalah Stunting
- Latihan Militer Terpisah dengan Rusia dan Australia, Indonesia Tak Ingin Dikuasai oleh Siapa Pun?
- Pendidikan dan Pengalaman Kerja Migran, Termasuk Asal Indonesia, Belum Tentu Diakui Australia
- Apakah Bentrokan Indonesia dengan Kapal Tiongkok di Laut China Selatan Pertanda Konflik?