Problem Bule Baca Disway
Adakah kelak saya harus menulis ‘seorang penumpang….’ untuk memenuhi keinginan Google? Rasanya saya keberatan. Melanggar prinsip ekonomi kata dalam membuat kalimat. Boros kata.
Ya sudahlah. Semua itu adalah urusan saya dengan Google. Bukan persoalan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris.
Saya akan berusaha menyelesaikannya dengan Google. Sayangnya mungkin Google merasa tidak punya persoalan dengan saya.
Apalagi persoalan yang lebih besar masih banyak. Bukan persoalan saya lagi. Juga bukan persoalan Google.
Ini masalah miskinnya bahasa Indonesia. Harus kita perkaya. Terutama di zaman penerjemah bukan lagi manusia.
Misalnya kata ‘dia’. Tidak ada ‘dia’ yang mewakili wanita dan ‘dia’ yang mewakili pria. Semua hantam kromo: pokoknya dia. Padahal di bahasa Inggris ada he dan ada she.
Dalam bahasa Mandarin pun juga dibedakan. Dia untuk laki-laki ditulis
Dia untuk perempuan ditulis Tahu bedanya kan?