Problem Susu Etawa di Bukit Menoreh
Senin, 24 September 2012 – 01:04 WIB
"Mengapa tidak ikut kelompok yang pertama dulu?" tanya saya.
"Waktu itu saya takut, Pak. Ternyata Bapak-Bapak ini berhasil semua," ujarnya.
"Sekarang sudah berani?" tanya saya.
"Berani, Pak. Saya harus berhasil. Saya harus maju. Dan lagi anak saya tiga. Sudah mulai ada yang masuk SMP. Sudah mulai memerlukan banyak biaya," tambahnya.
Habib juga segera ingin berubah. Dari memelihara kambing biasa milik orang lain menjadi memelihara kambing etawa milik sendiri. Kambing biasa, papar Habib, memerlukan makan sangat banyak. "Dua kali lipat dari kambing etawa," tambahnya.
"Kambing etawa hanya sekali makan. Kambing biasa tidak henti-henti makan. Menjelang tidur pun masih makan," kata Habib. "Di musim kemarau seperti ini saya harus cari rumput sampai lima kilometer jauhnya," tutur dia.
SUDAH terlalu malam ketika saya tiba di Sumowono, sebuah desa di gugusan Bukit Menoreh, Purworejo, Jawa Tengah. Sudah terlalu gelap untuk bisa melihat
BERITA TERKAIT