Produk Syariah Lebih Stabil
Selasa, 07 Oktober 2008 – 17:06 WIB
JAKARTA - Krisis finansial saat ini menjadi momentum bangkitnya produk-produk keuangan syariah. Jika nilai aktiva bersih (NAB) reksadana konvensional tergerus mengikuti koreksi indeks harga saham gabungan (IHSG), kinerja reksadana syariah masih lebih baik. Gejolak bursa dan tingginya BI rate, kata dia, mempengaruhi pertumbuhan industri reksadana tahun ini. Pasalnya, kondisi yang penuh ketidakpastian tersebut mendorong investor untuk menahan diri menginvestasikan dananya ke instrumen yang berisiko tinggi. Mereka memilih menempatkan dananya di deposito karena lebih aman dan bunganya lebih tinggi.
Menurut Direktur Mandiri Manajemen Investasi Andreas M. Gunawidjaja, hingga akhir September tahun ini penurunan return reksadana syariah tercatat sebesar 19 persen. Angka itu lebih rendah dibandingkan penurunan return reksadana konvensional yang mencapai 29 persen. "Return reksadana syariah tidak setajam indeks," kata Andreas, Senin (6/10).
Baca Juga:
Dia mengakui, NAB reksadana syariah ikut terpangkas karena saham-saham komoditas, yang banyak menopang IHSG, makin merosot. Tetapi, kinerja reksadana berbasis syariah tersebut tidak terperosok terlalu dalam karena tidak ada saham-saham perbankan, yang kinerjanya memerah sejak awal tahun ini.
Baca Juga:
JAKARTA - Krisis finansial saat ini menjadi momentum bangkitnya produk-produk keuangan syariah. Jika nilai aktiva bersih (NAB) reksadana konvensional
BERITA TERKAIT
- Mendes Yandri Susanto Sebut BUMDes Penting Cegah Efek Negatif Urbanisasi Bagi Desa
- Sertifikasi Halal Lindungi UMK dari Serbuan Produk Luar Negeri
- Kebijakan Perdagangan Karbon Indonesia di COP 29 Dinilai Bermasalah
- Bea Cukai Parepare Musnahkan Barang Ilegal Senilai Lebih Rp 2,25 Miliar, Terbanyak Rokok
- Anindya Bakrie: Kita Harus Dorong Investasi Asing yang Ciptakan Lapangan Kerja
- AS Optimistis Kembangkan Kerja Sama Ekonomi dengan Pemerintahan Baru