Produksi Bahan Baku Sendiri, Harga Obat Bisa Turun
Diawali oleh Kimia Farma Produksi Garam Farmasi
jpnn.com - JAKARTA - Mahalnya harga obat dan ancaman kelangkaan obat di Indonesia, bermuara pada ketergantungan impor bahan baku obat (BBO). Tapi kini Indonesia mulai memproduksi BBO sendiri. Perkembangan positif ini dilakukan oleh PT Kimia Farma (Persero).
Upaya Kimia Farma memproduksi garam farmasi disampaikan Menteri BUMN Dahlan Iskan.
"Bahan baku obat yang diproduksi Kimia Farma adalah garam farmasi," kata Dahlan dalam forum penandatangan nota kesepahaman tentang proyek pengembangan sel punca di kantor Kemenkes kemarin.
Dahlan menjelaskan proyek produksi garam farmasi oleh Kimia Farma itu dipusatkan di Mojokerto. Rencananya proyek yang sekarang masih dalam tahap pembangunan infrastruktur itu, sudah mulai produksi garam farmasi Januari 2015 nanti.
Dahlan mengaku senang, karena selama ini tidak ada satupun BBO yang bisa diproduksi di dalam negeri.
Menurut Dahlan gebrakan Kimia Farma memproduksi garam farmasi ini tidak lepas dari kerjasama dengan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknolog). Dia menjelaskan produksi garam farmasi ini berawal dari penelitian yang tersimpan di laci BPPT.
Dahlan mengatakan masih ada 24 penelitian aplikatif di BPPT yang berpotensi ditingkatkan menjadi fase produksi masal. "Semua penelitian itu tidak diotak-atik di BPPT selama bertahun-tahun di BPPT," katanya.
Dia berharap kerjasama antara pemerintah dengan industri terkait produksi BBO bisa terjalin harmonis.
"Ruwetnya birokrasi dan masa bodohnya peneliti harus dicarikan titik temunya," jelas Dahlan. Dia menaruh harapan tinggi ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang berjanji mengawal upaya positif memproduksi BBO sendiri.
Dahlan juga mengatakan, sudah ada rencana lain untuk memproduksi BBO. Diantaranya adalah memproduksi BBO sebagai bahan obat darah tinggi, pengencer darah, dan kolestrol.
Menkes Nafsiah Mboi mengapresiasi upaya jajaran BUMN memproduksi sendiri BBO. "Ada banyak sekali manfaatnya," ujar Nafsiah.
Di antaranya adalah, produksi BBO di dalam negeri dapat menekan harga obat. Sehingga masyarakat secara luas bisa mendapatkan akses obat yang berkualitas dan terjangkau.
Selain itu Nafsiah juga mengatakan, Indonesia tidak lagi terbelit ketergantungan impor BBO seperti selama ini. "Sebagai negara berdaulat, tidak boleh tergantung impor untuk urusan obat," jelasnya.
Sebab ketergantungan ini bisa memicu kelangkaan obat-obatan jenis tertentu. Tepatnya ketika stok impor terbatas sedangkan permintaan di dalam negeri meningkat. (wan)
JAKARTA - Mahalnya harga obat dan ancaman kelangkaan obat di Indonesia, bermuara pada ketergantungan impor bahan baku obat (BBO). Tapi kini Indonesia
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Jampidum Terapkan RJ pada Kasus Anak Curi Perhiasan Ibu Kandung
- 5 Berita Terpopuler: Hari Guru Nasional, Mendikdasmen Beri 3 Kado, soal Tunjangan ASN dan Honorer Terungkap
- Prediksi Cuaca BMKG, Seluruh Jakarta Diguyur Hujan Siang Ini
- Nilai IKIP Kaltim Meningkat, Masuk Tiga Besar Nasional
- Yorrys Raweyai: DPD Akan Mengawal Proses Pembangunan PIK 2 Tangerang
- BPMK Lanny Jaya Diduga Potong Dana Rp 100 juta dari 354 Kampung