Produksi Beras Pecah Kulit Gapoktan Ngudi Makmur Bisa 7 Ton per Hari

Produksi Beras Pecah Kulit Gapoktan Ngudi Makmur Bisa 7 Ton per Hari
Peserta bimtek melakukan kunjungan lapangan ke penggilingan padi milik PT Padi Unggul Gemolong, korporasi petani Gapoktan Ngudi Makmur di Desa Purworejo, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen. Foto: Kementan

“Rice to rice. Jadi, nanti finisihingnya bisa medium atau premium,” kata dia saat memberikan arahan kepada para peserta Bimtek.

Dia mengungkapkan bahwa PT PUG saat ini membawahi Gapoktan Ngudi Makmur, yang notabene mengelola lahan sekitar 194 hektare, dengan rata-rata panennya 5 ton per hektare.

Fakih bersyukur bahwa sejak mendapat bantuan 2018 dari Kementerian Pertanian, pihaknya bisa memberdayakan banyak petani. Bantuan berupa bangunan atau gudang penggilingan, mesin dryer, hinggga mesin packing, membuat para petani di Desa Purworejo kian terbantu. Dan mulai beroperasi September 2018,” jelasnya.

Fakih menambahkan dalam memproduksi BPK, aspek pemilihan GKP (gabah kering panen) amat penting.

Kepada para peserta, Fakih menjelaskan jika ada sejumlah kriteria GKP yang harus dijadikan patokan agar BPK berkualitas.

Pertama bulir harus berisi. Memperhatikan kadar air. Ini bisa ditentukan tergantung permintaan pembeli. Untuk pabrik maksimal 14 karena untuk disimpan. Untuk pembeli skala kecil biasanya di kisaran 15.

“Untuk harga sekitar Rp 9.400 hingga Rp 9.500 per kilogramnya,” ungkap dia.

Dalam kesempatan itu, Fakih juga menjelaskan jika PT PUG memproduksi beras merah. Bahkan, yang menggembirakan mereka mendapat kontrak dari PT Food Station Cipinang sejak awal Februari 2022.

Gapoktan Ngudi Makmur dapat memproduksi beras pecah kulit tujuh ton per harinya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News