Produksi Sigaret Kretek Tangan Anjlok 50 Persen
jpnn.com - SURABAYA – Industri rokok sudah lama tertekan dengan kampanye dan regulasi antirokok. Karena itu, para pelaku industri rokok meminta pemerintah berhati-hati menentukan tarif cukai 2017 nanti.
Ketua Paguyuban Mitra Pelinting Sigaret Indonesia (MPSI) Djoko Wahyudi menyatakan, produksi rokok sigaret kretek tangan (SKT) di Indonesia menurun 20 persen pada Januari–Agustus 2016.
”Jika dihitung sejak Januari 2015 sampai sekarang, produksi SKT menurun 50 persen. Pada 2015 saja, produksi SKT turun 30 persen,” katanya kemarin (12/9).
Dengan figur data tersebut, pihaknya meminta pemerintah untuk tidak menaikkan cukai SKT.
”Kenaikan SKT dialihkan saja ke SKM (sigaret keretek mesin) atau SPM (sigaret putih mesin). Sebab, penggunaan tembakau pada dua jenis rokok itu tidak sebanyak SKT,” imbuh Djoko.
Dia menambahkan, kenaikan SKM maupun SPM tidak terlalu berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja. Sebagai perbandingan, penyerapan tenaga kerja 100 orang di SKM sama dengan enam ribu orang di SKT.
Dia juga mencontohkan, di tempat produksi miliknya, KUD Tani Mulyo, Lamongan, jumlah tenaga kerja telah berkurang dari 2.500 pelinting pada 2000 menjadi 1.200 pelinting pada Agustus 2016.
”Dukungan pemerintah pusat terhadap industri tersebut masih minim. Tetapi, dukungan pemprov Jatim untuk industri itu masih positif,” urainya.
SURABAYA – Industri rokok sudah lama tertekan dengan kampanye dan regulasi antirokok. Karena itu, para pelaku industri rokok meminta pemerintah
- Kideco Berkomitmen untuk Menyempurnakan Kualitas Laporan Berkelanjutan
- Shell Membantah Bakal Tutup SPBU di Indonesia
- BTN Raih Penghargaan di Ajang LinkedIn Talent Awards
- Melalui UMK Academy, Pertamina Dukung UMKM Bersaing di Tingkat Global
- Pupuk Kaltim Kembali Raih Predikat Platinum di Ajang ASSRAT 2024
- Pegadaian Gelar Media Awards 2024, Puluhan Jurnalis Raih Penghargaan