Produktif, Seniman ini Sudah Lahirkan 27 Buku

Produktif, Seniman ini Sudah Lahirkan 27 Buku
Dua di antara banyak buku karya Hamid Nabhan. Buku pertama menceritakan tentang sejarah (kiri), dan buku kedua tentang syair-syair penyanyi Leo Kristi yang dibukukan oleh Hamid. FOTO : JPNN

jpnn.com, SURABAYA - Seniman yang juga penulis, Hamid Nabhan baru saja meluncurkan karya ke-27. Buku tersebut berjudul Ziarah Sejarah yang berisi kisah-kisah pejuang kemerdekaan keturunan Arab. Karyanya dicetak dan disebarkan secara gratis. Bacaan dengan sampul nuansa klasik itu diluncurkan Juli lalu. Hamid merangkai kisah-kisah warga keturunan Arab yang ikut berjuang untuk kemerdekaan Indonesia ke dalam buku setebal 118 halaman.

Hingga kini kisah perjuangan mereka masih dikenang anak-cucunya. Hamid menyebut ada 35 tokoh yang ditulis. Semuanya berdarah Yaman. Salah satunya saudagar kaya bernama Faradj Said Martak. Berdasar penelusuran Hamid, warga keturunan Arab itu memiliki jasa besar pada proses kemerdekaan Indonesia. Faradj menghibahkan rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur untuk kepentingan proklamasi. 

"Rumah itu jadi tempat pembacaan teks proklamasi sekaligus kediaman Soekarno," kata Hamid. Melalui bukunya, Hamid juga menggali cerita kehidupan Faradj. Sosok itu dikenal dermawan di mata anak-cucunya. 

Selama hidup, dia menghibahkan banyak tanah untuk masyarakat yang membutuhkan. Selain rumah di Pegangsaan Timur, Faradj memberikan beberapa asetnya di Jakarta dan Jogjakarta untuk negara. Sosok lain yang ditulis adalah Salim Nabhan, kakek Hamid. Pendiri Yayasan Al Irsyad itu juga dikenal sebagai sosok yang dermawan. Dia membantu perjuangan untuk mendapatkan kemerdekaan. 

"Kakek (Salim, Red) menyumbang uang untuk berjuang," kata Hamid. Dana perjuangan diambilkan dari hasil berjualan buku. Apalagi Salim dikenal sebagai pendiri toko kitab pertama di Ampel.

Hamid menjelaskan, perjuangan mengumpulkan cerita tentang tokoh-tokoh keturunan Arab memang tak mudah. Minim referensi dan sumber hidup. Hamid berkeliling Indonesia untuk menggali peran tokoh-tokoh tersebut.

Upaya itu membuahkan hasil. Pria yang baru saja berulang tahun itu berhasil mewawancarai sebagian anak-cucu pejuang secara langsung. 

Selain buku tentang perjuangan, Hamid juga banyak menulis tentang sejarah, seni, puisi, terjemahan, hingga buku yang berisi karya-karyanya sebagai seniman. Menariknya, seluruh buku itu dia bagikan gratis. Padahal, untuk satu judul buku, dia bisa mencetak antara lima ribu – 20 ribu eksemplar. ”Ini saya lakukan untuk meningkatkan kebiasaan literasi masyarakat,” jelas dia. (hen/eko/JPNN/pda)


Selain buku tentang perjuangan, Hamid juga banyak menulis tentang sejarah, seni, puisi, terjemahan, hingga buku yang berisi karya-karyanya sebagai seniman


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News