Prof Agus: Waspadai Perusahaan Startup yang Cepat jadi Unicorn
jpnn.com, YOGYAKARTA - Masuknya modal asing ke unicorn maupun decacorn yang sifatnya sesaat dan bukan investasi riil, harus diwaspadai. Jika unicorn itu berkembang dan menghasilkan laba besar, maka dananya dibawa ke luar negeri. Sedangkan Indonesia tidak mendapatkan apa-apa.
"Investasi pada startup tidak berupa investasi langsung pada aset riil seperti foreign direct investment (FDI) di masa lalu (membangun pabrik, pembelian mesin, dan sebagainya). Mereka bertaruh atas nilai perusahaan di masa depan, yang tidak dilandasi kinerja fundamental kuat," kata Prof Dr Agus Sartono, Guru Besar Bidang Keuangan pada orasi ilmiahnya berjudul Bisnis Digital: Tren dan Perubahan Lanskap Keuangan di rapat senat terbuka dalam rangka Dies Natalis ke-64 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Kamis (19/9).
Kalaupun perusahaan-perusahaan target tersebut kemudian berhasil mengembangkan bisnisnya dan menghasilkan profit serta free cash flow positif, maka dengan mudah investor asing tersebut melakukan repatriasi laba ke negara asal (investor tersebut). Hal ini, menurut Prof Agus, menjadikan perdebatan tentang negara asal startup yang kemudian menjadi unicorn atau decacorn menjadi tidak relevan.
"Apakah GoJek adalah unicorn Indonesia atau Singapura? Saya rasa pertanyaan ini tidak ada gunanya untuk dijawab dan diperdebatkan," kata Prof Agus yang juga deputi bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama, Kemenko PMK.
Isu lainnya yang harus dicermati, kata Prof Agus, adalah aktifnya para raksasa teknologi dalam melakukan akuisisi startup. Sebab, banyak yang melakukan akuisisi hanya untuk menguasai paten atau inovasi dari startup.
"Yang jadi pertanyaan, apakah perkembangan nilai startup hanya berupa gelembung yang nantinya akan pecah? Prediksi saya, bisa jadi tidak. Sebab perusahaan startup di bidang teknologi lebih mengandalkan pada equity yang berasal dari para investor individu maupun institusional yang tidak bisa didapatkan melalui IPO di pasar saham," bebernya.
Namun, lanjut Agus, pertumbuhan nilai perusahaan pada perusahaan-perusahaan startup yang dalam waktu pendek telah menjadi unicorn atau bahkan decacorn tanpa dilandasi kinerja fundamental yang kokoh patut diwaspadai. Layanan perusahaan-perusahaan ini bersentuhan langsung dengan masyarakat hampir setiap saat.
Juga melibatkan mitra bisnis individual yang banyak sehingga mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat. Selain itu mampu menciptakan efisiensi baik dalam waktu dan biaya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Prof Dr Agus Sartono mengatakan, unicorn itu berkembang dan menghasilkan laba besar, maka dananya dibawa ke luar negeri.
- Satgas UU Ciptaker Serap Masukan Guru Besar UGM demi Wujudkan Kebijakan Berkeadilan
- Dukung Bisnis Digital, rankpillar Jadi Partner Startup Series A Hingga Unicorn
- Guru Besar UGM dan Undip Beri La Nyalla Masukan Soal Proposal Kenegaraan DPD RI
- Indonesia Ajak ASEAN Bergandengan Tangan untuk Ciptakan Ekosistem Unikorn
- Program Taksi Alsintan Sudah Bagus, Tetapi Jangan Hanya di Jawa Saja
- Sosialisasi Mutlak Diperlukan Sebelum RKUHP Disahkan