Prof Jimmly: Pemilihan Rektor Harus Dikembalikan ke Identitasnya
"Jadi, dosen, mahasiswa, di Amerika Serikat gak peduli tuh siapa rektornya. Kalau di kita rektor itu seolah-olah kayak apa gitu loh. Akibatnya kita politik melihatnya.,” ujarnya.
Akademisi yang akan segera purna tugas sebagai ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) itu menambahkan, setelah reformasi berjalan, sistem politik sudah demokratis, maka kampus harus dikembalikan ke habitatnya sebagai lembaga kaum intelektual, memikirkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tidak seperti sekarang, pemilihan rektor yang seolah-olah demokratis, tapi 35 persen kewenangan suara di senat milik menteri.
"Ini sama juga bohong. Maka sudahlah, ndak usah lagi perlakukan perguruan tinggi sebagai lembaga demokrasi, ini bukan lembaga politik. Diangkat saja rektornya, begitu menurut saya," tutur Jimmly.
Tapi bukankah presiden juga tokoh politik dan menduduki jabatan politik? "Ya tapi kan lebih terbuka, lebih kelihatan. Lebih baik lah (dipilih presiden). Dulu kan pernah," pungkasnya.(fat/jpnn)
Prof Jimmly Asshiddiqie, mantan staf ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wardiman Djojonegoro (1993-1998) menyatakan mekanisme pemilihan rektor
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam
- Mendiktisaintek Diminta Perhatikan Sistem Pemilihan MWA dan Rektor di UPI
- Jimly: Fufufafa Cermin Tingkat Peradaban Demokrasi Masih Rendah
- Prof Jimly Apresiasi Kehadiran Dharma-Kun di Pilgub Jakarta 2024
- Jimly Asshiddiqie Bicara Pentingnya Penataan Kembali Kelembagaan MPR, DPR, dan DPD
- Airlangga Mundur, Jimly Menyarankan Internal Golkar Melakukan Gerakan
- Irman Gusman Raih Kursi DPD RI, Jimly Asshiddiqie: Hormati Pilihan Masyarakat Sumbar