Profesor Joki
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

jpnn.com - Ratusan dosen dan guru besar UGM (Universitas Gadjah Mada) mengeluarkan petisi menolak pemberian gelar guru besar kehormatan kepada kalangan non-akademik termasuk pejabat publik.
Ini merupakan pemberontakan akademik terbuka yang dilakukan oleh kampus terhadap fenomena politisasi gelar akademik yang banyak terjadi akhir-akhir ini.
Profesor adalah jabatan fungsional akademik tertinggi bagi seorang guru besar.
Gelar profesor melekat kepada seseorang selama dia masih menjadi guru besar.
Ketika dia pensiun dan sudah tidak menjadi guru besar, sebutan itu harus tanggal.
Kalau dia tetap mengajar dan menjalankan fungsi guru besar pascapensiun, dia disebut sebagai profesor emeritus, guru besar kehormatan.
Jabatan tertinggi akademik adalah doktor yang ditempuh melalui jenjang pendidikan S3, dan gelar itu melekat seumur hidup.
Di negara-negara Eropa, Amerika, Australia, serta beberapa lainnya, gelar doktor disebut sebagai PhD atau philosophy doctor, karena penyandang gelar ini menguasai filsafat ilmu.
Perjokian guru besar menjadi bukti merosotnya etika akademik. Tentu perjokian ini tidak gratis.
- BINUS University Kukuhkan 7 Guru Besar Sekaligus di Awal 2025
- Eddy Soeparno akan Bicara Urgensi Energi Terbarukan di Hadapan Dosen hingga Mahasiswa
- Kasus Hasto Harus Dijadikan Momen Hukum Tak Bisa Dipermainkan Penguasa
- Meresmikan Kantor Sekretariat Asosiasi Tenis Profesor, Nana Sudjana: ATP Harus Murup
- Guru Besar UIN KHAS Jember: RUU KUHAP Perlu Dirumuskan dengan Bijak
- UMJ Kukuhkan Empat Guru Besar, Ada Pesan Khusus Rektor Ma’mun Murod