Profil Hariman Siregar Tokoh Malari, Sosok Pemberani Berjiwa Perlawanan

Profil Hariman Siregar Tokoh Malari, Sosok Pemberani Berjiwa Perlawanan
Hariman Siregar (berdasi) sebagai terdakwa peristiwa Malapetaka Lima Belas Januari (Malari) bersiap menjalani persidangan kedua atas perkara yang menjeratnya di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 14 Agustus 1974. Foto: Antara Foto/IPPHOS/asf/Koz/1974.

“Cepat menangkap pelajaran,” ujar teman sekelas Hariman di SD Methodist English School itu.

Saat masih di bangku SD pun Hariman sudah dikenal sebagai pembuat ribut. “Kaki dia sering kena pukulan rotan oleh guru kelas,” tutur Hamzah.

Pada 1959, Hariman harus pindah ke Jakarta mengikuti ayahnya yang ditarik menjadi pejabat Departemen Perdagangan. Saat itu belum tamat SD dan usianya baru sembilan tahun.

Oleh karena itu, Hariman menamatkan pendidikan dasarnya di Jakarta. Syahdan, Hariman masuk ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) XIII di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Di area Kebayoran yang waktu itu masih memiliki hutan, Hariman menyalurkan minatnya sebagai pencinta alam. Wilayah Kebayoran berbatasan dengan Ciputat yang masih berupa hutan.

Di SMP, Hariman juga dikenal sebagai murid pintar. Namun, kebiasannya berlaku nakal dan ugal-ugalan tetap berlanjut.

Saat bermain bola atau perkelahian, Hariman yang semasa SMP masih berperawakan kecil selalu tampil paling depan.

“…dalam permainan yang membutuhkan tekad, fisiknya yang kecil tidak menjadi penghalang,” ujar Gurmilang Kartasasmita, salah satu tokoh Malari yang juga teman Hariman di SMP XIII Kebayoran Baru.

Inilah profil Hariman Siregar tokoh Malari, sosok pemberani yang berjiwa perlawanan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News