Profil Hariman Siregar Tokoh Malari, Sosok Pemberani Berjiwa Perlawanan
“Cepat menangkap pelajaran,” ujar teman sekelas Hariman di SD Methodist English School itu.
Saat masih di bangku SD pun Hariman sudah dikenal sebagai pembuat ribut. “Kaki dia sering kena pukulan rotan oleh guru kelas,” tutur Hamzah.
Pada 1959, Hariman harus pindah ke Jakarta mengikuti ayahnya yang ditarik menjadi pejabat Departemen Perdagangan. Saat itu belum tamat SD dan usianya baru sembilan tahun.
Oleh karena itu, Hariman menamatkan pendidikan dasarnya di Jakarta. Syahdan, Hariman masuk ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) XIII di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Di area Kebayoran yang waktu itu masih memiliki hutan, Hariman menyalurkan minatnya sebagai pencinta alam. Wilayah Kebayoran berbatasan dengan Ciputat yang masih berupa hutan.
Di SMP, Hariman juga dikenal sebagai murid pintar. Namun, kebiasannya berlaku nakal dan ugal-ugalan tetap berlanjut.
Saat bermain bola atau perkelahian, Hariman yang semasa SMP masih berperawakan kecil selalu tampil paling depan.
“…dalam permainan yang membutuhkan tekad, fisiknya yang kecil tidak menjadi penghalang,” ujar Gurmilang Kartasasmita, salah satu tokoh Malari yang juga teman Hariman di SMP XIII Kebayoran Baru.
Inilah profil Hariman Siregar tokoh Malari, sosok pemberani yang berjiwa perlawanan.
- Kisah Jenderal TNI Menolak Keris sebelum Malari
- Silatnas SMID-PRD jadi Ajang Lepas Kangen Para Aktivis
- Aktivis Ini Minta Agar Anak-Anak & Perempuan Tidak Dilibatkan dalam Situasi Politik
- Aktivis Ini Ajak Warga Jangan Tertipu Amplop di Pilkada Sumut, Lalu Singgung Keluarga Jokowi
- IACN Ungkap Kejanggalan Data Survei Indikator di Pilgub Malut
- Berdemonstrasi di Kedubes AS, Aktivis Tolak Campur Tangan Asing dalam PSN dan Urusan Papua