Profil Hariman Siregar Tokoh Malari, Sosok Pemberani Berjiwa Perlawanan
“Gue anak Batak. Lu mau apa?” ucap Komarudin menirukan Hariman.
Untungnya cekcok itu tidak berujung perkelahian. Para mahasiswa ITB langsung melerai Hariman dan musuhnya.
Ketika mengikuti mapram di UI, Hariman juga memperlihatkan jiwa perlawanannya. Senior Hariman di FKUI, Judilherry Justam, menyebut koleganya itu jengkel karena terpicu perintah-perintah dari mahasiswa senior saat perpeloncoan.
“Saya lebih senior satu tahun di FKUI dari Hariman dan melihat bagaimana dia sebetulnya marah dengan perintah-perintah senior yang menjengkelkan saat mapram,” ujar Judilherry.
Saat menginjak semester III di UI, Hariman makin aktif di politik. Meski demikian, dia tidak bergabung dengan organisasi ekstra-kampus, seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), maupun lainnya.
Hariman justru bergabung dengan Grup Diskusi Universitas Indonesia (GDUI) pada pertengahan 1972. Kelompok diskusi itu dimotori Sjahrir dan sejumlah tokoh lainnya.
Dorodjatun Kuntjoro-Jakti yang saat itu masih dosen muda didapuk sebagai pemberi kuliah tentang ekonomi. Ekonom ternama itu menganggap Hariman sebagai orator mumpuni yang pemberani.
“Hariman juga tidak mudah gentar, dia sangat berani. Mungkin ini salah satu ciri generasi hariman, enggak ada takutnya,” ujar Dorodjatun.
Inilah profil Hariman Siregar tokoh Malari, sosok pemberani yang berjiwa perlawanan.
- Kisah Jenderal TNI Menolak Keris sebelum Malari
- Silatnas SMID-PRD jadi Ajang Lepas Kangen Para Aktivis
- Aktivis Ini Minta Agar Anak-Anak & Perempuan Tidak Dilibatkan dalam Situasi Politik
- Aktivis Ini Ajak Warga Jangan Tertipu Amplop di Pilkada Sumut, Lalu Singgung Keluarga Jokowi
- IACN Ungkap Kejanggalan Data Survei Indikator di Pilgub Malut
- Berdemonstrasi di Kedubes AS, Aktivis Tolak Campur Tangan Asing dalam PSN dan Urusan Papua