Profil Hariman Siregar Tokoh Malari, Sosok Pemberani Berjiwa Perlawanan

Profil Hariman Siregar Tokoh Malari, Sosok Pemberani Berjiwa Perlawanan
Hariman Siregar (berdasi) sebagai terdakwa peristiwa Malapetaka Lima Belas Januari (Malari) bersiap menjalani persidangan kedua atas perkara yang menjeratnya di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 14 Agustus 1974. Foto: Antara Foto/IPPHOS/asf/Koz/1974.

“Gue anak Batak. Lu mau apa?” ucap Komarudin menirukan Hariman.

Untungnya cekcok itu tidak berujung perkelahian. Para mahasiswa ITB langsung melerai Hariman dan musuhnya.

Ketika mengikuti mapram di UI, Hariman juga  memperlihatkan jiwa perlawanannya. Senior Hariman di FKUI, Judilherry Justam, menyebut koleganya itu jengkel karena terpicu perintah-perintah dari mahasiswa senior saat perpeloncoan.

“Saya lebih senior satu tahun di FKUI dari Hariman dan melihat bagaimana dia sebetulnya marah dengan perintah-perintah senior yang menjengkelkan saat mapram,” ujar Judilherry.

Saat menginjak semester III di UI, Hariman makin aktif di politik. Meski demikian, dia tidak bergabung dengan organisasi ekstra-kampus, seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), maupun lainnya.

Hariman justru bergabung dengan Grup Diskusi Universitas Indonesia (GDUI) pada pertengahan 1972. Kelompok diskusi itu dimotori Sjahrir dan sejumlah tokoh lainnya.

Dorodjatun Kuntjoro-Jakti yang saat itu masih dosen muda didapuk sebagai pemberi kuliah tentang ekonomi. Ekonom ternama itu menganggap Hariman sebagai orator mumpuni yang pemberani.

“Hariman juga tidak mudah gentar, dia sangat berani. Mungkin ini salah satu ciri generasi hariman, enggak ada takutnya,” ujar Dorodjatun.

Inilah profil Hariman Siregar tokoh Malari, sosok pemberani yang berjiwa perlawanan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News