Profil Hariman Siregar Tokoh Malari, Sosok Pemberani Berjiwa Perlawanan

Profil Hariman Siregar Tokoh Malari, Sosok Pemberani Berjiwa Perlawanan
Hariman Siregar (berdasi) sebagai terdakwa peristiwa Malapetaka Lima Belas Januari (Malari) bersiap menjalani persidangan kedua atas perkara yang menjeratnya di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 14 Agustus 1974. Foto: Antara Foto/IPPHOS/asf/Koz/1974.

Pada 29 September 1974, Hariman kembali menerima cobaan. Kali ini ayahnya, Kalisati, meninggal dunia.

Sebelumnya, Kalisati masih menggantikan Hariman menunggui Sriyanti yang dirawat di rumah sakit karena dalam kondisi koma. Menurut Hariman, istrinya sudah kehilangan ingatan.

Kalisati yang sudah sepuh pun kelelahan.  Di samping itu, dia juga memiliki penyakit.

Ayah Hariman dimakamkan pada 30 September 1974 saat Jakarta dipenuhi bendera setengah tiang peringatan G30S. “Namun, itu semua saya anggap saja untuk menghormati mendiang Ayah,” ujar Hariman.

Adapun ayah Sriyanti, Prof Sarbini, juga ditahan hingga 2 tahun lebih karena dianggap terlibat Malari. Meski demikian, tokoh sosialis yang juga guru besar Fakultas Ekonomi UI itu tidak diadili.

Hariman selalu mengenang masa-masa itu sebagai fase terkelam dalam hidupnya. “Kalau ingat masa itu, gue jengkel. Membicarakan ini rasanya tidak menyenangkan. Bayarannya tidak imbang. Semuanya sudah Habis,” ujarnya dalam Majalah MATRA edisi Agustus 1992. (jpnn.com)

Inilah profil Hariman Siregar tokoh Malari, sosok pemberani yang berjiwa perlawanan.


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : JPNN.com

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News