Program Vaksinasi di Australia Berjalan Tersendat, Ancaman Serius Bagi Warganya

Pemerintah Australia menyampaikan pesan kepada warganya jika negara mereka berada di garis terdepan dalam hal vaksinasi COVID-19.
Namun kenyataannya vaksinasi berjalan lambat, ketergantungan dengan vaksin yang tidak banyak menginginkannya, dan sekarang Australia berada di masa rentan gelombang penularan baru seperti yang diperingatkan pakar kesehatan.
Inilah penjelasan mengapa kesalahan bisa terjadi.
Penyelidikan yang dilakukan program Four Corners dari ABC, menemukan adanya kebijakan Pemerintah Austalia yang berantakan dan membingungkan, sehingga membuat negaranya belum bisa membuka perbatasan internasional dalam waktu dekat.
Professor Terry Nolan dari The Doherty Institute mengatakan lambatnya proses vaksinasi sekarang ini berpotensi merusak kepercayaan dari warganya sendiri.
"Kalau kita terlihat lambat, kalau kita terlihat kita tidak tahu apa yang kita kerjakan sesuai dengan harapan atau tidak.. apakah itu akan membuat saya sebagai warga lebih percaya diri? Tentu saja tidak," kata Professor Nolan.
Menteri Kesehatan Australia Greg Hunt mengatakan Pemerintah Australia mengatakan kepada ABC jika mereka sudah mendapat keberhasilan yang diperhitungkan.
"Tugas kami adalah menyelamatkan nyawa, dan membuat keputusan sulit dan menyediakan vaksin dalam waktu segera. Apa yang kita lakukan adalah menyelamatkan nyawa dan melindungi kehidupan, yang hasilnya sudah membuat seluruh dunia iri."
Inilah temuan penyelidikan program Four Corners dari ABC: vaksinasi di Australia berjalan lambat dan berpotensi merusak kepercayaan dari warganya sendiri
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia